Rabu, 11 November 2015

Culture Shock Mudik



Saya Viny arviana, saya anak pertama dari 3 bersaudara. Saya kelahiran sunda, ayah dan ibu darah sunda. Setiap setahun sekali saya pulang ke tanah kelahiran ibu dan ayah. Misalnya acara idul fitri, Acara keluarga. kita sekeluarga berbondong bondong pergi ke sukabumi untuk besilaturahim. Ibu saya mempunyai kampung halaman yang jarak nya cukup dekat. Dapat di tempuh dalam 6 jam perjalanan untuk Pulang pergi. Sewaktu saya kecil di usia sekitar 2-8 tahun setiap pulang pergi kampung halaman selalu menggunakan kendaraan bermotor. Banyak kisah yang di lalui setiap pulang pergi ke kampung menggunakan kendaraan beroda dua, dengan bawaan yang cukup banyak, pakaian dan oleh oleh untuk warga di kampung, tidak banyak tapi ada sedikit lah, belum membawa adik saya yang masih terbilang kecil. Selain ibu saya membawa pakaian juga harus menggendong adik saya, belum kalau adik saya rewel, kepanasaan, kesempitan, sesering mungkin untuk beristirahat untuk minum, makan,sholat dll. Kampung ibu dan ayah saya kebetulan 1 arah tapi beda wilayah, dari perjalanan ke kampung halaman ibu saya, lebih dulu sampai ke kampung ayah saya, jadi setiap kita mudik selalu mampir ke adik adik ayah saya yang kebetulan searah rumah nya, perjalanan ke kampung ibu saya cukup menegangkan di banding kampung ayah, karena kampung ibu saya bener bener pedesaan sekali jadi setiap ke sana harus melewati pegunungan dan perjalanan bebatuan yang cukup lelah, pernah sewaktu kecil usia saya 8 tahun adik saya berusia 3 tahun. , kebetulan kita sekeluarga memutuskan untuk pulang kampung, kebetulan moment acara idul fitri tiba. Dengan bawaan cukup banyak oleh oleh yang lumayan banyak, setelah melintasi 2 jam perjalanan yang lumayan melelahkan, kita harus melewati 1 jam perjalanan yang sangat ekstrim kalau menurut saya. 1 jam perjalanan itu melintasi pegunungan, bebatuan, serta di kiri jalan terdapat jurang jurang. Tidak ada rumah tidak ada tempat berteduh hanya bilik bilik petani itu pun jarang, belum kalau sedang musim hujan, Desa cipetir terkenal jalanan yang curam untuk di lalui (Kalau belum terbiasa). sesekali di setiap jalanan yang curam dan sulit untuk di lalui. ibu aku harus turun terlebih dahulu dari motor agar bisa di lalui dengan mudah, cukup sering kita turun naik motor dalam keadaan yang sulit di lintasi untuk kendaraan bermotor. Sedikit lagi sampai rumah nenek, ada sedikit jalanan yang sangat curam bebatuan , tikungan tajam dan di bawah terdapat jurang jurang pesawahan. Pada hari itu kebetulan hujan membasashi kampung halaman nenek ku. Ayah aku cukup hati hati untuk melintasi jalanan tersebut, jalanan yang licin serta tanah kapur. bebatuan yang besar sangat sulit di lalui. Pada hari itu terjadi sebuah kecelakaan yang cukup membekas di fikiran aku sampai saat ini, di turunan bebatuan menuju rumah nenek terjadilah tragedi yang gak di inginkan pas di turunan bebatuan, ayah ku kehilangan keseimbangan dalam mengendarai sepeda motor nya, awal awal memang hampir jatuh tapi masih bisa di tahan, setelah melewati jalanan yang curam ayah aku tidak sanggup untuk menahan beban yang ada dengan jalan yang licin dan bebatuan ‘gebrukkkkk” motor pun terjatuh hampir masuk jurang sudah berada di bibir jurang, kaki ku masuk ke rantai motor langsung ayah ku menolongi aku, dengan sendal baru lebaran yang baru di pakai saat itu pun rusak dan hancur kaki ku merah bagai tergiles oleh motor, alhamdulillah celaka nya tidak terlalu parah cuma aku sempat nangis dan tidak mau naik motor lagi, selain itu bawaan yang ibu saya bawa jatuh berantakan berceceran. Adik saya yang berusia 3 tahun nangis ketakutan begitupun saya, hari yang sudah mulai gelap, hujan yang tidak berhenti , tidak ada satu pun orang yang dapat menolong penderitaan keluarga kami, hanya ada bunyi jangkrik,germicik air, serta burung burung berkicau. Aku yang trauma sekali atas kejadian itu memutuskan tidak mau naik motor lagi setelah kejadian itu, kebetulan tinggal beberapa kilo dari kejadian tersebut untuk ke rumah nenek. Akhir nya saya dan ibu saya memutuskan untuk berjalan kaki dari tempat kejadian ke rumah nenek. Sesampai di rumah nenek saya di kasih minu air hangat dan di urut kaki nya untuk menghilangkan syok dan memar di kaki. Dan sampai saat ini ajang pulang kampung hal yang sangat menakutkan untuk saya, walaupun sekarang kalau pulang kampung tidak memakai roda dua tetap saja selalu membayangkan yang tidak tidak setiap melewati perjalanan itu, selalu deg deg kan, takut, tegang. Bisa atau enggak untuk di lalalui. Tetapi untuk teman teman yang suka tantangan dan hobi naik motor off-road mungkin itu sangat menyenangkan :)
Sekian cerita pendek dari saya, jika ada kata kata yang tidak berkenan mohon dibukakan pintu maaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar