Selasa, 03 Juli 2012

Ajaran Seorang Ayah

Ayah telah memberikan berbagai hal yang luar biasa berharga yang membentuk saya menjadi saya yang sekarang ini.
1. “Kamu tidak perlu dilindungi siapa-siapa. Kamu melindungi dirimu sendiri”.
Ya, itulah perkataan seorang ayah kepada anak perempuannya. Saya pikir ayah adalah seorang yang hebat, dan berani mengatakan hal tersebut kepada saya. Dengan demikian beliau berarti mempercayai saya. Tentunya agar bisa memberikan kepercayaannya kepada saya, beliau memberikan berbagai ‘perangkat’ kapasitas dan kompetensi menjalani hidup untuk saya pakai. (Harap jangan salah mengerti perkataan ayah saya ini, bukan berarti ini mengesampingkan Tuhan. Hal ini lebih kepada konteks kemampuan diri untuk bisa memiliki kapasitas dalam menjaga kehidupan pribadi/profesional ). Beliau mengajarkan saya untuk menjadi manusia yang merdeka.

2. Ayah saya adalah seseorang yang menghargai wanita sebagai partner sejajar.
Hal ini artinya menghargai wanita dengan kekurangan dan kelebihannya, sama dengan beliau menghargai pria dengan kekurangan dan kelebihannya, dimana keduanya sejajar. Dengan demikian keberadaan masing-masing melengkapi, dalam kesetaraan. Hal ini berlaku dalam berbagai aspek kehidupan, pribadi, keluarga hingga profesional.
Bagi ayah saya, wanita mampu menjadi pemimpin.


3. Ayah saya adalah seseorang yang percaya bahwa wanita bisa menjadi pemimpin.
Bagi ayah saya, dengan kualitas karakter yang baik, kapasitas, kompetensi dan segala kelebihannya, wanita mampu menjadi pemimpin. Bagi beliau, leadership (kepemimpinan) bukanlan hanya dimiliki kaum pria. Beliau tidak menempatkan wanita sebagai second citizen. Beliau sadar setiap manusia pada dasarnya diciptakan dengan kelebihan masing-masing. Saya melihat bahwa beliau bukanlah seorang pria yang ‘insecure’ atau minder terhadap wanita yang cerdas. Di saat tertentu saya bisa melihat bahwa beliau dan ibu saya berbagi peran dalam memimpin keluarga. Ada saatnya dalam aspek tertentu ibu saya memimpin. Itu tidak membuatnya lebih rendah, justru beliau tahu kapan, dimana, bagaimana dan apa saja bagiannya untuk memimpin. Dengan demikian, saya juga belajar bagaimana seorang ibu, seorang wanita, dalam konteks leadership.

4. Ayah mengajarkan bahwa kita mahluk yang saling berhubungan dengan semua aspek kehidupan.Hal ini masuk dalam ranah interconectedness, interdependence (maaf sulit mencari istilah ini dalam bahasa Indonesia). Bahwa semua kejadian semua yang membentuk kita berkaitan dengan orang lain dan semua element kehidupan. Oleh karenanya kita harus bekerjasama dengan semua element kehidupan agar semua berjalan harmonis. Kemampuan bekerjasama dengan semua faktor kehidupan inilah yang harus terus dilatih dan di asah, tidak saja dengan Tuhan, tetapi antar manusia, alam, dan berbagai sistem dalam kehidupan baik sistem dalam keluarga, masyarakat, antar teman, dan lain sebagainya.

5. Bekerja keras, cerdas dan bijak
Ayah mengajarkan betapa pentingnya semangat berjuang dalam kerja keras untuk mencapaikan apapun yang kita cita-citakan. Namun beliau tidak mengajarkan bekerja keras yang membabi buta, beliau juga mengajarkan untuk bekerja secara cerdas. Modal kerja kerasa saja tidak cukup jika kita tidak cerdas dalam menyikapi, dan berstrategi untuk kerja kita tersebut. Diatas semua itu, beliau mengajari untuk menjadi bijak dalam menyikapi dan menindaki semua kerja keras yang dilakukan.

6. Ayah saya adalah seseorang yang pemaaf.
Saya belajar darinya untuk bisa memaafkan siapapun, untuk tidak menjadi seseorang yang rigid dan penuh penghakiman. Dari hal tersebut saya juga belajar untuk punya kemampuan untuk bisa memaafkan diri sendiri, suatu hal yang sering kita lupakan.

7. Manusia yang berintegritas
Ayah mengajari saya untuk menjadi manusia yang berintegritas, sejak saya kecil. Saya rasa ini adalah modal terkuat saya. Disaat skill, knowledge dan experience banyak berbicara dalam berbagai konteks kehidupan mulai dari pribadi hingga profesional, integritas adalah jantung yang memberi napas dari semua hal yang dilakukan.

Tujuh hal di atas hanyalah sebagian dari berbagai nilai penting yang ayah saya ajarkan kepada saya.Saya sangat bangga dan beruntung memiliki ayah yang tidak saja menyekolahkan saya, tetapi memberikan kekuatan dalam nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai yang beliau ajarkan adalah akar dari diri saya. Semoga apa yang saya tulis ini dapat berguna bagi Anda.

Perang dengan Israel tak Bisa Dihindari

Seorang pengamat terkemuka Mesir, Mahyuddin Halami al-Ghandur menyatakan bahwa generasi revolusioner Mesir tidak menilai penting kesepakatan Kamp David, dan generasi tersebut meyakini bahwa perang dengan Israel merupakan hal yang tidak dapat dihindari.

Al-Ghandur dalam wawancaranya dengan kantor berita Fars, menyinggung hubungan Mesir dan rezim Zionis Israel seraya menekankan bahwa kesepakatan perdamaian kedua pihak tidak berarti.
Pengamat Mesir itu menjelaskan bahwa saat ini Duta Besar Israel telah meninggalkan Mesir dan rakyat revolusioner terus mendesak pemerintah untuk segera mengakhiri kerjasamanya dengan Israel dan menghentikan ekspor gas ke Tel Aviv.
Ditambahkannya, masalah ini sangat jelas bahwa generasi revolusioner Mesir menentang Israel dan perang dengan rezim Zionis merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Menurutnya, dalam 30 tahun terakhir Mesir di bawah pemerintahan rezim yang sepenuhnya menjadi antek-antek Israel, namun kini, Mesir telah meraih kembali posisinya sebagai pemimpin dunia Arab.
Kedalaman Strategis Iran-MesirTerkait masalah hubungan Iran dan Mesir, al-Ghandur mengatakan, kedua negara memiliki peran penting dan Amerika Serikat tidak ingin keduanya menjalin kerjasama konstruktif.
Dikatakannya, "Jika Anda mengikuti perkembangan terbaru, maka Anda akan mengetahui bahwa negara-negara Teluk (Persia) sangat mendesak Mesir agar tidak memulihkan hubungannya dengan Iran. Hubungan Iran dengan negara-negara Teluk Persia sangat baik lalu mengapa mereka menginterferensi hubungan Tehran-Kairo? Karena ini semua adalah program Amerika Serikat."
"Negara-negara Teluk Persia tidak berarti. Mereka sama dengan angka nol. Seberapa banyak penambahan angka nol, tetap hasilnya nol. Namun jika negara-negara tersebut ditambah dengan Iran, maka tidak akan terjadi apa-apa. Iran berangka benar, dan jika ditambah nol, hasilnya adalah angka Iran," ungkap al-Ghandur.
"Poinnya adalah bahwa Mesir juga merupakan angka benar dan jika ditambah dengan Iran, maka hasilnya akan semakin besar. Dan ini yang tidak diinginkan Amerika Serikat" jelas al-Ghandur.
Jika hubungan Iran dan Mesir pulih, al-Ghandur menegaskan bahwa seluruh masalah akan berubah. Kedua negara memiliki peran sangat strategis dan Amerika Serikat menyadari fakta tersebut. Berbeda dengan negara-negara Arab lain di Teluk Persia, mereka semua tidak bernilai karena angka mereka tetap nol.

Gara-gara Roti, Napi Ditusuk

Gara-gara sepotong roti, Syamsul Maarif, napi LP Batu, Pulau Nusakambangan, Cilacap, kini harus mendapat perawatan intensif di ruang ICU Rumah Sakit Margono Soekarjo (RSMS). Dia mengalami luka tusuk di bagian perut akibat ditusuk rekannya sesama napi.

''Yang bersangkutan mengalami luka tusuk cukup parah. Ada satu luka tusuk di bagian perut. Panjang luka goresan mencapai 5 centimeter,'' kata Sugeng Joko , perawat di ruangan itu,

Menurutnya, napi asal Kebumen itu dirujuk dari RSUD Cilacap. Namun, dia menyebutkan kondisi Syamsul saat ini sudah membaik. Hal ini ditandai dengan tekanan darahnya yang sudah stabil, kondisi sadar, dan sudah bisa diajak berkomunikasi.

''Dia dirawat di sini untuk pemulihan. Karena kondisinya sudah membaik, kemungkinan besok sudah bisa dipindah ke bangsal perawatan biasa,'' kata perawat tersebut.

Selama dirawat di Margono, napi tersebut mendapat penjagaan petugas lapas. Petugas tersebut melarang wartawan untuk mengambil gambar pasien, meski pihak rumah sakit tidak mempermasalahkannya.

Kepala LP Batu, Mirza Zulkarnain, membenarkan adanya napi binaannya yang mengalami luka tusuk dan kini dirawat di rumah sakit. Menurutnya, kasus penusukan yang terjadi.
sebenarnya terjadi karena masalah sepele.

''Persoalannya sangat sepele. Hanya karena masalah utang-piutang roti seharga Rp 6.000 antara Syamsul dan Syarif Anthoni, sesama napi LP Batu,'' kata Mirza.

Menurutnya, kejadiannya berawal dari ucapan Syamsul menagih roti yang pernah diberikan pada Syarif. ''Mungkin karena cara menagihnya kasar atau bagaimana, Syarif menjadi tidak terima sehingga langsung main tusuk saja,'' katanya.

Syarif kini telah ditempatkan diruang isolasi sebagai bentuk sanksi terkait tindakannya. Bahkan, menurutnya, kasus ini juga akan diusut oleh kepolisian karena menyangkut masalah pidana.

Cara Merias Wajah Agar Kelihatan Natural

Pertama, membersihkan wajah. Gunakan pembersih yang sesuai dengan jenis kulit dan lakukan sesuai dengan petunjuk kemasan, untuk membersihkan mata dan bibir gunakan pembersih khusus mata dan bibir dan apabila pembersihan dilakukan masih terasa belum bersih, lanjutkan dengan sabun muka.

Kedua, menyegarkan wajah. Setelah wajah terasa bersih aplikasikan lotion penyegar yang sesuai dengan jenis kulit dan lakukan sesuai dengan petunjuk. Selain untuk menyegarkan kulit dan mengurangi kadar minyak, penyegar juga dapat mengecilkan pori-pori kulit.


Ketiga, gunakan fondation untuk membentuk wajah, sebelum bermake up. Gunakan setiap hari terutama kulit wajah kering. Pelembab juga ada yang mengandung formula untuk menahan sinar matahari dan menahan penuaan dini. Tahap ini cukup efektif untuk membuat kulit terlihat lebih kencang dan kondisi kulit menjadi prima sehingga kosmetika lebih mudah dan memuaskan.


Keempat, Lalu gunakan bedak tabur di seluruh wajah secara merata. Setelah itu baru gunakan compact powder (bedak padat) di seluruh wajah. Agar wajah terlihat lebih putih dan bersih.


Kelima, setelah seluruh bedak padat ditabur di wajah, gunakan eye shadow pada mata. Pilihlah warna yang sesuai dengan kulit dan bentuk wajah. Usai penggunaan eye shadow dilanjutkan dengan pembentukan alis, agar terlihat lebih rapi, lalu dilanjutkan dengan pemasangan bulu mata, sesuia dengan pilihan anda. Setelah bulu mata dipasang dan dirapikan, lalu gunakan eye liner pada bawah dan atas mata.
Dilanjutkan dengan penggunaan mascara. Sesuaikan dengan make up dan wajah.

Keenam, setelah mascara dan aye liner digunakan di daerah mata, dilanjutkan dengan daerah pipi. Anda bisa menggunakan blush on.


Dan yang terakhir gunakan lipstik sesuai dengan pilihan anda.
Jangan lupa pada peralatan yang wajib dibawa. Agar Anda bisa selalu tampil rapi dalam berbagai kesempatan, sebaiknya selalu membawa beberapa peralatan ini. Dengan demikian kapan pun diperlukan Anda siap berdandan dalam waktu singkat.

1. Concealer, dalam bentuk krim atau padat. Concealer efektif untuk menutup beberapa kekurangan pada wajah, seperti warna hitam di bawah mata, bekas jerawat, atau flek. Belakangan ini, concealer yang dijual dalam bentuk pensil telah dapat memenuhi berbagai kebutuhan tersebut dalam bentuknya yang praktis.


2. Alas bedak, alias foundation cair yang ringan.


3. Bedak tabur, beserta spons dan kuasnya. Bedak tabur disarankan untuk memberikan kesan ringan.


4. Sikat alis. Pensil alis hanya diperlukan kalau bentuk alis mata tidak merata, misalnya ada bagian yang jarang-jarang.


5. Eye shadow atau pemulas mata. Dibutuhkan dalam bentuk palet berisi minimal tiga warna, yaitu coklat muda, merah bata, dan putih gading. Warna-warna ini telah dapat memenuhi kebutuhan riasan sehari-hari untuk pagi dan malam hari. Warna-warna yang lebih gelap untuk bagian bawah kelopak mata, sementara warna putih gading untuk bagian atas.


6. Maskara hitam dan jepit bulu mata. Cara penggunaannya, sebelum dijepit, bulu mata dibubuhi maskara terlebih dahulu agar lentur. Setelah dijepit, kembali bubuhi maskara untuk mempertebal helai-helai bulu mata.


7. Lipstik. Saat ini tersedia lipstik dalam berbagai bentuk praktis, misalnya lipstik ”3 in 1” atau lipstik sekaligus dengan pelembab. Lipstik semacam ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan
rias wajah sehari-hari. Warna-warna lipstik yang perlu dibawa sebaiknya dibedakan sesuai dengan kebutuhan rias wajah pagi dan malam hari. Untuk pagi hari lebih dibutuhkan warna-warna muda, sementara pada malam hari warna merah tua, misalnya, akan memberi kesan resmi dan glamor. Lipgloss juga dapat dipergunakan sebelum lipstik untuk memberi kesan segar dan melembabkan.


8. Kertas minyak dan loose powder untuk mengondisikan kulit agar tidak terlalu berminyak.

CARA MEMBACA YANG MENYENANGKAN

Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Tanpa bisa membaca, manusia dapat dikatakan tidak bisa hidup di zaman sekarang ini. Sebab hidup manusia sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu, salah satunya dengan cara membaca.
Di zaman sekarang ini, nampaknya sebagian besar pelajar kurang memiliki minat membaca, terutama membaca buku pelajaran. Ini diakibatkan oleh karena sebagian pelajar tidak memiliki metode dalam membaca, sehingga pada saat membaca timbul rasa malas, bosan, dan mengatuk. Simak deh tip-tip di bawah ini supaya tercipta suasana membaca yang menyenangkan.
Persiapan Sebelum Membaca
  1. Pilihlah waktu yang menurut kita sesuai untuk membaca. Waktu yang sesuai disini adalah waktu dimana tidak terdapat gangguan, baik dari luar maupun dari dalam diri kita. Waktu yang sesuai disini hanya kita sendiri yang tahu kapan. Namun, sebagain besar orang percaya bahwa waktu yang baik untuk membaca, khususnya buku pelajaran, adalah di pagi hari.
  2. Pilihlah tempat dan suasana yang sesuai untuk membaca, yaitu tempat yang terang, sejuk, bersih, nyaman, tenang dan rapih menurut kita sendiri.
  3. Pastikan posisi membaca kita adalah posisi yang benar. Posisi yang benar pada waktu membaca adalah duduk dengan posisi badan tegak, tidak bungkuk, dan pastikan jarak antara buku dengan mata kita kurang lebih 30cm.
  4. Siapkan juga hal-hal yang biasanya membantu kita dalam membaca, seperti pensil atau spidol.
  5. Ada baiknya sebelum belajar kita berdoa terlebih dahulu sesuai dengan kepercayaan masing-masing supaya ilmu yang kita dapat bermanfaat.
Berbagai Jenis Membaca
Terdapat 3 cara umum membaca di dalam kehidupan sehari-hari dilihat dari apa tujuan proses membaca tersebut.
  1. Membaca sebagai hiburan tanpa perlu memeras otak terlalu keras. Bacaan yang mengandung unsur hiburan disini contohnya novel, cerpen, komik, majalah ringan dll.
  2. Membaca untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang tujuannya adalah mencari dan memahami ilmu yang terkandung dalam bacaan tersebut.
  3. Membaca kritis. Membaca disini sama dengan membaca untuk mencari ilmu. Namun membaca disini diikuti oleh proses menelaah isi bacaan tersebut, misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan apa itu?, mengapa bisa terjadi?, oleh siapa?, kapan?, dimana? dan bagaimana itu bisa terjadi? Dalam membaca kritis, kita membuat bacaan sebagai lawan yang harus dikalahkan dengan cara mengetahui dan memahami seluruh isinya.
Belajar dengan menggunakan metode membaca kritis akan menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Kita tidak hanya diminta untuk memahami isi bacaan tapi juga diajak berpikir kreatif mengenai isi tersebut. Tertarik dengan membaca kritis? Simak deh aturan main dalam membaca kritis di bawah ini :
  1. Melakukan survei isi buku. Langkah awal yang harus kita lakukan adalah membaca terlebih dahulu bahan bacaan secara sepintas pada bagian-bagian tertentu saja. Tujuannya adalah mendapatkan gambaran umum mengenai bacaan tersebut.
    Bagian-bagian yang perlu diperhatikan adalah :
    · Paragraf awal, paragaraf akhir dan juga beberapa paragraph di tengah.
    · Bagian daftar isi, gambar-gambar, tabel dan grafik yang memiliki gambaran umum mengenai bacaan tersebut.
    · Soal-soal yang mungkin terdapat dalam bacaan tersebut.
  2. Membuat pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya akan timbul pada saat kita melakukan survei. Jika tidak terdapat pertanyaan, usahakan cari apa yang kita tidak mengerti, minimal ada sebuah kata yang kita tidak tahu artinya dan beri tanda pada bagian-bagian yang tidak dimengerti tersebut.
  3. Membaca. Merupakan langkah dominan dalam metode ini. Membaca disini sebagai langkah untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam proses survei. Baca dengan teliti dan seksama paragraf demi paragraf, bagian demi bagian untuk menangkap pokok-pokok pikiran dari tiap bagian. Usahakan jangan pindah bagian jika kita belum mengerti dan memahami bagian tersebut.
  4. Evaluasi. Merupakan langkah dimana terdapat pertanyaan apakah kita sudah menguasai bahan? Yakinkan bahwa kita sudah memahami bahan bacaan tersebut. Jika belum, coba cari apa yang anda tidak mengerti dan temukan jawabannya.
  5. Meninjau ulang. Merupakan langkah terakhir kita dalam membaca kritis. Cobalah kita tutup dulu bukunya, kemudian pikirkan apa yang sudah didapat dari bacaan tersebut. Tuliskan hasil pikiran tersebut dalam secarik kertas, dan bandingkan dengan apa yang terdapat pada buku bacaan.
Selamat membaca! ( Viny Arviana )

Penantian Yang Menyakitkan

Detik telah berganti menjadi menit lalu jam dan menjadi hari lalu keminggu selanjutnya menjadi bulan. Aku masih di sini menanti sebuah jawaban. Jika bukan karena cinta tak mungkin aku dapat bertahan, menunggu sesuatu yang tak pasti. Hanya harapan dari sebuah janji yang keluar dari bibir yang manis sekali. Bagai mantra sihir yang mampu membuatku terpaku dan selalu berharap akan kehadirannya. Atas nama cinta dan kesetiaan begitu klasik memang, tapi itulah kebodohanku. Sebuah kebodohan yang menurutku lebih baik dari pada aku harus berkhianat. Angga adalah sosok seorang yang dapat aku banggakan, walaupun bukan orang berada namun ia mempunyai semangat dan selalu optimis dengan hidup, tak ada yang disesali dalam hidupnya. Mungkin itu bentuk syukurnya, sikapnya yang selalu berpikir poitif yang membuatku menjadi simpatik. Hanya kekuatan hati dan keyakinan yang aku miliki, aku selalu berharap bahwa dia akan kembali dengan sebuah harapan yang sangat aku nantikan tentunya. Entah sampai kapan namun aku yakin suatu hari. Resahku, hampir setiap malam menemani tidurku, menemani sepiku yang berakhir dan berubah menjadi isak tangis yang aku sendiri tidak tahu, kenapa aku menangis. Terkadang terbesit untuk hengkang dari janji itu namun bisikan hati melarangku. Entah keterpaksan atau tidak, yang pasti aku merasa ini ketulusan. Walau bulan menjadi tahun dan kabar tentangnya tak jua sampai padaku namun aku tak pernah berprasangka buruk tentangnya. “Kamu itu tolol” kata Vina padaku. Dia lah sahabat karibku yang selalu menasehati dan memperhatikanku.“Memang, tapi aku tidak mau dibilang penghianat oleh Angga” Jawabku lemah.“Memang kamu tahu, kalau di sana Angga setia? Hah?! Sit!” Lanjut Vina dengan wajah bersungut.“Aku gak tahu, namun aku tak berani untuk menuduhnya dengan pikiran-pikiran seperti itu yang akan mempengaruhi kepercayaanku” Jawabku dengan mata berkaca.“Win, Win….” Vina menggelengkan kepala. Ia merasa capek menasehati aku agar dapat melupakan Angga dan ia mengharapkan agar aku mencoba untuk bisa mencintai orang lain Memang beralasan nasehat Vina, karena selama 3 tahun Angga tak pernah memberikan kabar. Setidaknya tempat dimana dia sekarang ini berada. Surat yang ia tinggalkan ketika akan pergi hanya berisi “berjanjilah sayang untuk setia dan sabar menantiku, suatu hari aku akan datang menemui kamu lalu kita akan hidup bersama” Tiga tahun bukan waktu yang sebentar, harapan itu tak juga datang. Sedikit demi sedikit terkikis juga dalam hatiku. Kuliahku sebulan lagi selesai dan orang tuaku pasti akan menanyakan tentang masa depanku dan pendampinku. Meskipun orang tuaku tidak pernah memaksakan atau menjodohkan aku, namun diusiaku yang tidak lagi muda menjadi sesuatu beban juga dalam pikiranku. Apalagi kekolotan dalam keluarga besarku yang selalu membicarakan saudaranya sendiri jika ada cela dalam salah satu keluarganya. Perawan tua merupakan aib besar dalam keluargaku. Orang tuaku merasa takut dan malu jika anaknya selalu menjadi gunjingan ketika ada acara besar keluarga. Bisik-bisik yang menyakitkan. Aku pasti akan dibilang sok cantik pilih-pilih pula dalam mencari jodoh. Perawan tua lah, dan entah apa lagi cemoohannya. Batinku semakin berat, hanya pada Tuhan aku berharap semoga aku tabah menjalani ini semua. Karena rasa ini Dia-lah yang menciptakan. Suatu hari pasti akan aku temui harapanku, hanya itu yang menjadi motivasiku. Ketakutanku akhirnya terjadi juga. Setelah lulus kuliah, aku langsung diterima kerja disebuah perusahaan swasta, namun penantianku tak juga mendapat kepastian. Aku mulai dicerca oleh gunjingan. Orang tuaku semakin merasa tertekan, rasa malu mulai merambat benak mereka. Berkali-kali bapak bertanya tentang kehidupanku kedepan. Aku hanya menjawab belum waktunya, karena yang aku tunggu belum juga datang. Dan aku meyakinkan pada mereka bahwa pasti aku akan menikah, tapi tidak secepatnya. Tak tahan dengan gunjingan saudara-saudara penyakit jantung bapak kambuh, dan harus dirawat intensif di rumah sakit. Disela sakitnya bapak memintaku agar jangan pilih-pilih tebu dalam memilih suami, nanti malah keburukan yang akan didapat. Kata-kata bapak membuat dadaku sesak. Aku tidak pilih-pilih dalam hal itu, aku hanya ingin menepati janji untuk menunggu orang yang sudah kupilih untuk menjadi pendapingku.“Angga?, kenapa kamu tak pernah mau mengerti tentang resah ini” Ratapku. Sebagai anak satu-satunya, perempuan pula, apa yang harus aku lakukan?, selama aku hidup rasanya belum pernah membahagiakan orang tuaku. Pikiranku saat ini adalah apakah aku siap jika menikah dengan orang selain Angga? Itu yang menjadi bebanku. Aku takut jika kelak ia kembali dan mendapatkan aku sudah menikah dengan orang lain. Tak dapat kubayangkan hancurnya perasaannya. Aku benar-benar tidak tega jika perjuangannya selama ini hancur seketika hanya gara-gara aku menghianatinya. Namun harus bagaimana aku ini?. Dengan sangat terpaksa aku berbohong, aku bilang pada bapak akan dilamar 3 bulan lagi. Mendengar tuturku wajah bapak berseri seminggu kemudian bapak sembuh. Aku bahagia, namun juga panik dan sedih. Dalam tiga bulan?, akankah Angga datang. Sedang hingga saat ini tak juga aku dapatkan alamatnya. Dalam waktu yang kurasa singkat apakah aku bisa mencintai orang lain selain Angga.“Ya. Allah, aku pasrah padaMu” masalah ini betul-betul sangat menekan perasaanku. Tubuhku semakin kurus kurasakan. Setiap malam kegelisahan merayap berlahan, membuahkan sebuah tangis lirih yang sangat mengiris hati. Mataku tidak akan terpejam sebelum shalat subuh aku kerjakan. Aku benar-benar tidak dapat lagi berfikir dengan tenang. Bayangan Angga, Bapak dan saudara-saudara, melintas bergantian. “Angga, jika bukan karna janji aku tak akan seperti ini, jika bukan karena cinta aku tidak akan setia menunggumu walau tanpa kepastian darimu” desahku sambil berlinang air mata. Aku tatap wajah Angga yang tersenyum manis di balik bingkai kaca di atas meja sudut samping tempat tidurku.****Senja ini gerimis, aku pulang dari tempat kerjaku 1 jam lebih awal. Karena mendadak kepalaku pusing dan pandanganku berkunang-kunang. Aku harus menuruni tangga keluar dari kantorku. Di atas anak tangga aku berhenti. Tiba-tiba aku merasa disekitarku gelap. Tangan kokoh memegang lenganku dan memapahku turun berlahan, lalu didudukan aku di kursi ruang lobi.“Ambilkan air putih” samar suara laki-laki ku dengar. Segera seorang OB membawa segelas air putih, tak menunggu lama air putih yang telah dipegang laki-laki itu telah menempel dibibirku. “Minum win, biar tenang dan jantungmu stabil”Ucapnya. Antara sadar dan tidak aku meneguk sedikit demi sedikit air putih yang disodorkan dibibirku. Rasa dingin segar mengalir kekrongkongan lalu nafasku lega dan detak jantungku tak lagi berdebar. Berlahan ku buka mataku.“Pak Hendra!” Pekikku kaget.“Ada apa dengan saya pak?” Aku masih merasa heran.“Kamu hampir jatuh dari tangga Win, dan kebetulan saat itu saya tepat ada dibelakangmu” Terang pak Hendra.“Terima kasih pak, maaf sekali. saya memang selalu merepotkan” Ucapku kaku. “Sudah, jangan seperti itu. Ini kebetulan saja. Badanmu masih lemah. Kebetulan saya akan keluar menemui clien sekalian saya antar kamu pulang, ayo..mobil sudah menunggu di depan” Tawar pak Hendra ramah. “Terima kasih banyak pak, tapi biarlah saya naik bus saja, saya sudah biasa seperti ini” Tolakku tulus.Aku merasa malu, Pak Hendra adalah bosku. “Sudahlah, menolak berarti kamu tidak menghargai saya” Ucapnya benar-benar membuat aku tak bisa menolak lagi. Aku hanya mengangguk dan berjalan berlahan menuju mobil sedan hitam mengkilat mewah. Di dalam mobil mewah ini, tubuhku seakan mengigil, entah karena dinginnya AC atau karena kegrogianku. Aku gemetar, namun gemetarku tak sampai terlihat oleh pak Hendra karena beliau duduk didepanku. Pak Hendra yang masih muda menjadi bosku. Umurnya sekitar 31 tahuan, selisih 3 tahun denganku. Sungguh laki-laki yang sempurna, wajahnya tampan, cerdas, baik hati, ramah dan dia adalah sosok pemimpin yang bijaksana. Mungkin perusahaan ini maju pesat, karena dipimpin oleh orang yang tepat. Orang yang cerdas dan mampu membuat semua karyawannya mempunyai jiwa loyalitas yang tinggi. Pendekatan yang sangat jarang dimiliki oleh para bos diluaran sana. Pak Hendra, seorang pengusaha muda yang sukses. Namun, tetap saja tak ada kesempurnaan dalam diri setiap manusia. Entah kenapa sampai saat ini Pak Hendra belum juga menikah. Padahal tidak ada lagi yang menjadi pertimbangan untuknya mencari wanita. Sampai saat ini, gosippun tak terdengar kalau dia mempunyai seorang kekasih. Bersama wanitapun tidak pernah ada yang melihat. Kebiasaan buruk memang, dan tidak enak jika anak buah tidak membicarakan bosnya, entah itu membicarakan tentang kebaikannya atau keburukannya dan ini sudah menjadi kebiasaan bagi semua anak buah dimanapun. Yang menjadi topik pembicaraan tempatku bekerja hanyalah tentang kesendirian Pak Hendra. Terkadang terdengar dari salah satu karyawan mengatakan pak Hendra itu Gay, ada juga yang mengatakan Pak Hendra itu trauma, dan banyak lagi pendapat-pendapat tentang kesendirian Pak Hendra dan selalu menjadi topik hangat setiap hari. Pak Hendra tidak risih, itu yang menjadi keseganan kami. Ia hanya tersenyum saat ada yang kepergok sedang membicarakannya. Aku sendiri berprediksi kalau pak Hendra itu trauma dengan wanita. Mungkin karena dia pernah dikhianati atau pernah disakiti oleh wanita. Tapi wanita tolol mana yang sampai menyiakan cinta pak Hendra. Memang tidak ada habisnya untuk membicarakan orang lain, sampai masalah dalam diri sendiri lupa. Sepanjang perjalanan aku bungkam dan pak Hendra hanya berbicara dengan klien lewat Hpnya. Setengah jam mobil mewah ini berjalan gerimis tak juga reda, suasana kelabu semakin terasa dingin namun menyegarkan.“Di depan gang itu saja pak saya turun” Ucapku memecah keheningan.“Tapi rumahmu masuk kan?” Tanya pak Hendra“Ia pak” jawabku singkat“Ya sudah sekalian saja sampai depan rumahmu” Ucap pak Hendra tegas.“Tapi pak, nanti bapak terlambat menemui klien.”“Tidak jauh kan?, ini masih grimis nanti tambah sakit kamu win”Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. Tepat didepan rumah mobil berhenti. Susana rumahku lengang. Ini sudah biasa, aku keluar dari dalam mobil mewah pak Hendra mengantarku sampai depan pintu rumah. Perasaan malu sangat aku rasakan entah kenapa. Pintu terbuka sebelum aku sempat memencet bel, kepala ibu menyebul dari balik pintu. Terlihat dari wajahnya ada keterkejutan melihat aku dan Pak Hendra dan senyumnya menggambarkan harapan dan kebahagiaan. Ibu menatapku, lalu memegang wajahku.“Kamu pucat sekali, kamu sakit sayang?” Ucap ibu lembut namun penuh dengan kekhwatiran.“Iya bu, Windi tadi pingsan dikantor, dan kebetulan saya memang akan keluar untuk menemui klien jadi sekalian antar Windi” sambar Pak Hendra.“Aduh terima kasih mas” Ucap ibu tulus. Pak Hendra mengulurkan tangan.“Saya Hendra bu, teman kerjanya Windi” Ucap Pak Hendra setengah berbohong.“O, ya mari masuk dulu” Tawar ibu bukan basa-basi.“Terima kasih bu, saya buru-buru” Tolak Pak Hendra disertai senyum khasnya, senyuman yang menawan setiap orang yang melihatnya.“Maaf ya nak Hendra sudah merepotkan” Ucap ibu tulus“O, tidak apa-apa bu, saya pamit assalamualaikum” Pak Hendra berlalu setengah berlari menuju mobilnya karena gerimis semakin deras mengguyur.“Walaikumsalam” Jawab ibu dan aku bersamaan. Aku dipapah ibu ke kamar, punggung tangan ibu menempel dikeningku.“Badanmu panas win” Ucapnya Panik“Win sudah minum obat kok bu, hanya kelelahan saja, istirahat dulu ya bu, Win capek” Ucapku lemah.Ibu hanya mengangguk sambil menyelimuti tubuhku lalu mengecuk keningku. ****Pagi yang cerah, tubuhku sudah sehat terasa. Aku buka jendela kamar dan sinar matahari pagi menerobos masuk menghangatkan ruang kamarku. Masih dipinggir jendela aku tersenyum melihat sisa embun di ujung daun jeruk nipis kemilau tersinar matahari bagai mutiara murni. Ibu sengaja menanam pohon-pohon di samping rumah karena ibu mencintai kehijauan. Lagi pula sejuk rasanya kalau ada pohon-pohon didekat rumah, rumah jadi sehat dan asri. Sisa gerimis semalam ternyata menyegarkan suasana pagi. Belum puas aku menikmati segarnya pagi suara bel berbunyi. Terpaksa aku keluar kamar namun ibu sudah lebih dulu sampai di ruang tamu. Aku lihat ibu menyibakan tirai jendela sebelum mebukakan pintu.“E..nak Hendra, mari masuk” Ucap ibu. Aku terkejut bukan kepalang. Pagi-pagi begini Pak Hendra kerumahku. Aku belum sempat cuci muka, apalagi mandi. Aku benar-benar panik segera aku ambil handuk yang menggantung di balik pintu kamarku, setengah berlari aku masuk kamar mandi. Ibu sudah sudah asik ngobrol pagi-pagi dengan Pak Hendra.“Win Sudah sehat bu?” Tanya Pak Hendra.“Sudah, sebentar saya panggilkan” Jawab ibu sambil berlalu menuju kamarku. Aku keluar dari kamar mandi, ibu langsung mendekati aku.“Win, Hendra datang. Siapa dia?” pertanyaan Ibu mengejutkan aku.“Pak Hendra adalah bosku bu” jawabku.“Bos mu?, “ ibu mengerutkan kening“Iya, kalau nggak percaya liahat nanti apa yang kami bicarakan” Aku keluar kamar dan menemui Pak Hendra“Pak Hendra. Maaf saya baru mandi. “ Sapaku. Pak Hendra menatapku dengan tatapan yang tidak biasa menurutku. Tajam namun teduh. Ada setitik kecemasan dan keceriaan di sana.“O, sudah sehat Win?”“Alhamdulilah pak. Ini ada apa pagi-pagi sekali?” tanyaku heran.“Saya hanya ingin jenguk kamu, kalau kamu sudah sehat ya sekalian kita bareng ke kantor” Ucapnya lagi-lagi membuat aku tak bisa menolaknya. Ibu yang mendengar pembicaraanku mengangguk percaya dengan penjelasanku, sambil membawa segelas teh hangat ia menyuruhku agar cepat berkemas. “Diminum nak Hendra” “Terima kasih, wah jadi merepotkan ini” katanya disertai senyumIbu ikut tersenyum.“Tidak, tidak merepotkan justru kami yang merepotkan. Sampai seorang bos menjemput anak buahnya” Tawa pun pecah.“Ah Windi pasti cerita siapa saya ya bu?”“Iya, habis ibu penasaran. Karena Windi tidak biasanya pulang dengan seorang laki-laki.” Ucap ibu serius“Oya. Windi tidak pernah di antar atau di jemput pacarnya atau teman laki-laki?” Tanya Hendra penasaran.“Pacar?, Windi kok punya pacar gadis rumahan seperti Windi tidak akan punya pacar, sebab tidak ada yang tahu kalau rumah ini punya anak gadis. Berangkat kerja pagi pulang sore dan hari minggu ndekem aja dikamar. Gimana mau ada laki-laki yang tahu” Jawab ibu panjang. Pak Hendra hanya manggut-manggut. Aku keluar sudah dengan pakaian kerjaku. Baju blazer hitam, kaca mata dan tas menyangkut dipundakku. Setelah berpamitan aku dan Pak Hendra menuju mobil mewah yang sudah parkir di depan rumah.Walau segan aku coba bersikap biasa saja ketika ada di dalam mobil mewah pak Hendra. Sejak saat itu hari-hariku menjadi hari-hari yang aneh. Sebab Pak Hendra setiap pagi menjemputku dan pulang selalu bersamaku. Aku menjadi gosip palih hot di kantor.“Wah ketiban duren nih” Ledek Indri teman kerjaku.“Iya sakit banget” Balas canda ku. Dua bulan setengah. Waktu singkat menurutku. Pak Hendra beranikan diri untuk melamarku. Entah rasa apa yang aku rasakan yang pasti panik, sedih, senang bahagia bangga bercampur aduk jadi satu. Kemarin aku sendiri yang bilang perempuan mana yang tolol menolak pak Hendra yang begitu kaya, baik tampak dan cerdas. Sekarang masalahku bertambah. Yang kuharapkan tak juga datang, hadir Pak Hendra yang dapat membuat kedua orang tuaku merasa bangga dan bahagia. Walaupun kesempurnaan terdapat pada diri pak Hendra namun hati ku tak tergoda sedikitpun. Hatiku masih saja menyebut-nyebut nama Angga. Aku benar-benar tak dapat melupakannya. Ini cinta bagiku, karena statusnya tak dapat digantikan oleh siapapun dan apapun. Rasa yang aku miliki pada Angga tak ku miliki pada diri Pak Hendra. Kenapa?. Hal ini yang aku takutkan, aku takut ada keterpaksaan pada hatiku, meskipun sudah sekuat tenaga aku paksakan untuk dapat menerima Pak Hendra dengan harapan aku bisa jatuh cinta karena kesempurnaannya. Tapi tetap tidak bisa. Angga satu-satunya yang aku cintai. Namun, hingga saat ini tak juga ada kabar tentangnya. Pertimbanganku sudah pas. Karena aku minta pada pak Hendra tunggu tepat tiga bulan.“Pak Maaf, saya minta agar pas tiga bulan baru saya akan beri tahu jawabannya” Kataku pak hendrapun setuju. Kini waktunya telah tiba dan jawaban harus aku berikan pada pak Hendra. Bayangan orang tuaku yang bangga dan bahagia membuatku ingin menerima lamaran Pak Hendra, bayangan saudara-saudaraku yang mengejekku dan mentertawakan aku memotivasi aku untuk menerima Pak Hendra dan bayangan Angga yang tersenyum? Aduh,. Membuat perih dadaku.“Maaf kan aku sayang?, tidak bisa memegang janjiku. Bayak alasan yang aku berikan untukmu, kenapa aku ingkari janji ini” desahku. Aku terima lamaran Pak Hendra. Seminggu lagi aku menikah. Dapat dibayangkan bagaimana resepsi pernikahan orang-orang kaya. Semua ternyata sudah dipersiapkan Pak Hendra jauh sebelum dia melamarku. Aku benar-benar tidak menyakan, selama ini Pak Hendra benar-benar memperhatikan aku. Akad nikah dimulai, aku pejamkan mataku. Bayangan Angga datang , aku buka mataku bersama air mata menitik di sudut mataku. Aku benar-benar merasa hina karena semua cinta dan kesetiaanku aku lepas begitu saja. Aku seorang penghianat. Akad nikah selesai, aku dan Pak Hendrapun duduk di pelaminan para tamu undangan menyantap menu yang disediakan, aluan musik klasik menambah keromantisan. Batinku tidak di sini tapi entah dimana, aku resah dan rasa bersalah meyelimuti hatiku. Sebelum bertemu Angga aku tidak akan lepas dari semua dosa ini. Hanya kata maaf yang aku butuhkan dari Angga. Tapi kapan, dimana?. Aku benar-benar tersiksa. Pestapun hampir usai mobil sedan mewah berhenti. Seorang laki-laki keluar dari dalam mobil. Aku tercengang melihatnya. “Angga…” tak sadar aku berdiri tak peduli Pak Hendra melihatku heran.Angga melangkah, dengan tegang tak ada senyum dibibirnya. Ia langsung kepelaminan menjabat tangan Pak Hendra“Selamat” katanyaLalu kepadaku dan meyelipkan lipatan kertas“Penghianat” ucapnya lirih. Aku benar-benar merasa malu, sakit dan kesal. Kenapa ia baru datang ketika aku sudah ada di pelaminan. Kenapa.? Kenapa?..” jerit batinku.Angga melangkah meninggalkan kami dan menuju mobil mewah. Lalu melesat pergi. Surat Angga aku baca di kamar mandi.“aku tak menyangka, hari ketika aku kembali kau sudah ada yang punya. Aku merasa bersalah kenapa tak ada kabar buatmu. Itu pasti alasan mu kenapa kamu menikah. Aku mengerti, tapi kamu tidak akan pernah mengerti kenapa aku tak berikan kabar buatmu. Aku sudah berjanji. Semua yang aku lakukan demi kamu, buat kamu dan karena kamu. Keberhasilanku karena kamu, terima kasih. Tapi semua ini untuk apa? Orang yang aku cintai dan yang berhak menerima ini semua telah pergi. Maafkan aku Windi. Aku doakan semoga kamu dapat bahagia dengannya.” Aku terisak, sedih dan entah apa lagi yang aku rasakan. Semua ini sudah aku bayangkan. Namun kenyataannya lebih sakit. Sangat meyakitkan. Orang yang aku dambakan, kembali dan terlambat haya beberapa jam. Seandainya dia datang sebelum akad nikah dimulai aku akan korbankan maluku untuknya. Tapi ini kehendakNya. Aku yakin.


Detik telah berganti menjadi menit lalu jam dan menjadi hari lalu keminggu selanjutnya menjadi bulan. Aku masih di sini menanti sebuah jawaban. Jika bukan karena cinta tak mungkin aku dapat bertahan, menunggu sesuatu yang tak pasti. Hanya harapan dari sebuah janji yang keluar dari bibir yang manis sekali. Bagai mantra sihir yang mampu membuatku terpaku dan selalu berharap akan kehadirannya. Atas nama cinta dan kesetiaan begitu klasik memang, tapi itulah kebodohanku. Sebuah kebodohan yang menurutku lebih baik dari pada aku harus berkhianat. Angga adalah sosok seorang yang dapat aku banggakan, walaupun bukan orang berada namun ia mempunyai semangat dan selalu optimis dengan hidup, tak ada yang disesali dalam hidupnya. Mungkin itu bentuk syukurnya, sikapnya yang selalu berpikir poitif yang membuatku menjadi simpatik. Hanya kekuatan hati dan keyakinan yang aku miliki, aku selalu berharap bahwa dia akan kembali dengan sebuah harapan yang sangat aku nantikan tentunya. Entah sampai kapan namun aku yakin suatu hari. Resahku, hampir setiap malam menemani tidurku, menemani sepiku yang berakhir dan berubah menjadi isak tangis yang aku sendiri tidak tahu, kenapa aku menangis. Terkadang terbesit untuk hengkang dari janji itu namun bisikan hati melarangku. Entah keterpaksan atau tidak, yang pasti aku merasa ini ketulusan. Walau bulan menjadi tahun dan kabar tentangnya tak jua sampai padaku namun aku tak pernah berprasangka buruk tentangnya. “Kamu itu tolol” kata Vina padaku. Dia lah sahabat karibku yang selalu menasehati dan memperhatikanku.“Memang, tapi aku tidak mau dibilang penghianat oleh Angga” Jawabku lemah.“Memang kamu tahu, kalau di sana Angga setia? Hah?! Sit!” Lanjut Vina dengan wajah bersungut.“Aku gak tahu, namun aku tak berani untuk menuduhnya dengan pikiran-pikiran seperti itu yang akan mempengaruhi kepercayaanku” Jawabku dengan mata berkaca.“Win, Win….” Vina menggelengkan kepala. Ia merasa capek menasehati aku agar dapat melupakan Angga dan ia mengharapkan agar aku mencoba untuk bisa mencintai orang lain Memang beralasan nasehat Vina, karena selama 3 tahun Angga tak pernah memberikan kabar. Setidaknya tempat dimana dia sekarang ini berada. Surat yang ia tinggalkan ketika akan pergi hanya berisi “berjanjilah sayang untuk setia dan sabar menantiku, suatu hari aku akan datang menemui kamu lalu kita akan hidup bersama” Tiga tahun bukan waktu yang sebentar, harapan itu tak juga datang. Sedikit demi sedikit terkikis juga dalam hatiku. Kuliahku sebulan lagi selesai dan orang tuaku pasti akan menanyakan tentang masa depanku dan pendampinku. Meskipun orang tuaku tidak pernah memaksakan atau menjodohkan aku, namun diusiaku yang tidak lagi muda menjadi sesuatu beban juga dalam pikiranku. Apalagi kekolotan dalam keluarga besarku yang selalu membicarakan saudaranya sendiri jika ada cela dalam salah satu keluarganya. Perawan tua merupakan aib besar dalam keluargaku. Orang tuaku merasa takut dan malu jika anaknya selalu menjadi gunjingan ketika ada acara besar keluarga. Bisik-bisik yang menyakitkan. Aku pasti akan dibilang sok cantik pilih-pilih pula dalam mencari jodoh. Perawan tua lah, dan entah apa lagi cemoohannya. Batinku semakin berat, hanya pada Tuhan aku berharap semoga aku tabah menjalani ini semua. Karena rasa ini Dia-lah yang menciptakan. Suatu hari pasti akan aku temui harapanku, hanya itu yang menjadi motivasiku. Ketakutanku akhirnya terjadi juga. Setelah lulus kuliah, aku langsung diterima kerja disebuah perusahaan swasta, namun penantianku tak juga mendapat kepastian. Aku mulai dicerca oleh gunjingan. Orang tuaku semakin merasa tertekan, rasa malu mulai merambat benak mereka. Berkali-kali bapak bertanya tentang kehidupanku kedepan. Aku hanya menjawab belum waktunya, karena yang aku tunggu belum juga datang. Dan aku meyakinkan pada mereka bahwa pasti aku akan menikah, tapi tidak secepatnya. Tak tahan dengan gunjingan saudara-saudara penyakit jantung bapak kambuh, dan harus dirawat intensif di rumah sakit. Disela sakitnya bapak memintaku agar jangan pilih-pilih tebu dalam memilih suami, nanti malah keburukan yang akan didapat. Kata-kata bapak membuat dadaku sesak. Aku tidak pilih-pilih dalam hal itu, aku hanya ingin menepati janji untuk menunggu orang yang sudah kupilih untuk menjadi pendapingku.“Angga?, kenapa kamu tak pernah mau mengerti tentang resah ini” Ratapku. Sebagai anak satu-satunya, perempuan pula, apa yang harus aku lakukan?, selama aku hidup rasanya belum pernah membahagiakan orang tuaku. Pikiranku saat ini adalah apakah aku siap jika menikah dengan orang selain Angga? Itu yang menjadi bebanku. Aku takut jika kelak ia kembali dan mendapatkan aku sudah menikah dengan orang lain. Tak dapat kubayangkan hancurnya perasaannya. Aku benar-benar tidak tega jika perjuangannya selama ini hancur seketika hanya gara-gara aku menghianatinya. Namun harus bagaimana aku ini?. Dengan sangat terpaksa aku berbohong, aku bilang pada bapak akan dilamar 3 bulan lagi. Mendengar tuturku wajah bapak berseri seminggu kemudian bapak sembuh. Aku bahagia, namun juga panik dan sedih. Dalam tiga bulan?, akankah Angga datang. Sedang hingga saat ini tak juga aku dapatkan alamatnya. Dalam waktu yang kurasa singkat apakah aku bisa mencintai orang lain selain Angga.“Ya. Allah, aku pasrah padaMu” masalah ini betul-betul sangat menekan perasaanku. Tubuhku semakin kurus kurasakan. Setiap malam kegelisahan merayap berlahan, membuahkan sebuah tangis lirih yang sangat mengiris hati. Mataku tidak akan terpejam sebelum shalat subuh aku kerjakan. Aku benar-benar tidak dapat lagi berfikir dengan tenang. Bayangan Angga, Bapak dan saudara-saudara, melintas bergantian. “Angga, jika bukan karna janji aku tak akan seperti ini, jika bukan karena cinta aku tidak akan setia menunggumu walau tanpa kepastian darimu” desahku sambil berlinang air mata. Aku tatap wajah Angga yang tersenyum manis di balik bingkai kaca di atas meja sudut samping tempat tidurku.****Senja ini gerimis, aku pulang dari tempat kerjaku 1 jam lebih awal. Karena mendadak kepalaku pusing dan pandanganku berkunang-kunang. Aku harus menuruni tangga keluar dari kantorku. Di atas anak tangga aku berhenti. Tiba-tiba aku merasa disekitarku gelap. Tangan kokoh memegang lenganku dan memapahku turun berlahan, lalu didudukan aku di kursi ruang lobi.“Ambilkan air putih” samar suara laki-laki ku dengar. Segera seorang OB membawa segelas air putih, tak menunggu lama air putih yang telah dipegang laki-laki itu telah menempel dibibirku. “Minum win, biar tenang dan jantungmu stabil”Ucapnya. Antara sadar dan tidak aku meneguk sedikit demi sedikit air putih yang disodorkan dibibirku. Rasa dingin segar mengalir kekrongkongan lalu nafasku lega dan detak jantungku tak lagi berdebar. Berlahan ku buka mataku.“Pak Hendra!” Pekikku kaget.“Ada apa dengan saya pak?” Aku masih merasa heran.“Kamu hampir jatuh dari tangga Win, dan kebetulan saat itu saya tepat ada dibelakangmu” Terang pak Hendra.“Terima kasih pak, maaf sekali. saya memang selalu merepotkan” Ucapku kaku. “Sudah, jangan seperti itu. Ini kebetulan saja. Badanmu masih lemah. Kebetulan saya akan keluar menemui clien sekalian saya antar kamu pulang, ayo..mobil sudah menunggu di depan” Tawar pak Hendra ramah. “Terima kasih banyak pak, tapi biarlah saya naik bus saja, saya sudah biasa seperti ini” Tolakku tulus.Aku merasa malu, Pak Hendra adalah bosku. “Sudahlah, menolak berarti kamu tidak menghargai saya” Ucapnya benar-benar membuat aku tak bisa menolak lagi. Aku hanya mengangguk dan berjalan berlahan menuju mobil sedan hitam mengkilat mewah. Di dalam mobil mewah ini, tubuhku seakan mengigil, entah karena dinginnya AC atau karena kegrogianku. Aku gemetar, namun gemetarku tak sampai terlihat oleh pak Hendra karena beliau duduk didepanku. Pak Hendra yang masih muda menjadi bosku. Umurnya sekitar 31 tahuan, selisih 3 tahun denganku. Sungguh laki-laki yang sempurna, wajahnya tampan, cerdas, baik hati, ramah dan dia adalah sosok pemimpin yang bijaksana. Mungkin perusahaan ini maju pesat, karena dipimpin oleh orang yang tepat. Orang yang cerdas dan mampu membuat semua karyawannya mempunyai jiwa loyalitas yang tinggi. Pendekatan yang sangat jarang dimiliki oleh para bos diluaran sana. Pak Hendra, seorang pengusaha muda yang sukses. Namun, tetap saja tak ada kesempurnaan dalam diri setiap manusia. Entah kenapa sampai saat ini Pak Hendra belum juga menikah. Padahal tidak ada lagi yang menjadi pertimbangan untuknya mencari wanita. Sampai saat ini, gosippun tak terdengar kalau dia mempunyai seorang kekasih. Bersama wanitapun tidak pernah ada yang melihat. Kebiasaan buruk memang, dan tidak enak jika anak buah tidak membicarakan bosnya, entah itu membicarakan tentang kebaikannya atau keburukannya dan ini sudah menjadi kebiasaan bagi semua anak buah dimanapun. Yang menjadi topik pembicaraan tempatku bekerja hanyalah tentang kesendirian Pak Hendra. Terkadang terdengar dari salah satu karyawan mengatakan pak Hendra itu Gay, ada juga yang mengatakan Pak Hendra itu trauma, dan banyak lagi pendapat-pendapat tentang kesendirian Pak Hendra dan selalu menjadi topik hangat setiap hari. Pak Hendra tidak risih, itu yang menjadi keseganan kami. Ia hanya tersenyum saat ada yang kepergok sedang membicarakannya. Aku sendiri berprediksi kalau pak Hendra itu trauma dengan wanita. Mungkin karena dia pernah dikhianati atau pernah disakiti oleh wanita. Tapi wanita tolol mana yang sampai menyiakan cinta pak Hendra. Memang tidak ada habisnya untuk membicarakan orang lain, sampai masalah dalam diri sendiri lupa. Sepanjang perjalanan aku bungkam dan pak Hendra hanya berbicara dengan klien lewat Hpnya. Setengah jam mobil mewah ini berjalan gerimis tak juga reda, suasana kelabu semakin terasa dingin namun menyegarkan.“Di depan gang itu saja pak saya turun” Ucapku memecah keheningan.“Tapi rumahmu masuk kan?” Tanya pak Hendra“Ia pak” jawabku singkat“Ya sudah sekalian saja sampai depan rumahmu” Ucap pak Hendra tegas.“Tapi pak, nanti bapak terlambat menemui klien.”“Tidak jauh kan?, ini masih grimis nanti tambah sakit kamu win”Aku benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. Tepat didepan rumah mobil berhenti. Susana rumahku lengang. Ini sudah biasa, aku keluar dari dalam mobil mewah pak Hendra mengantarku sampai depan pintu rumah. Perasaan malu sangat aku rasakan entah kenapa. Pintu terbuka sebelum aku sempat memencet bel, kepala ibu menyebul dari balik pintu. Terlihat dari wajahnya ada keterkejutan melihat aku dan Pak Hendra dan senyumnya menggambarkan harapan dan kebahagiaan. Ibu menatapku, lalu memegang wajahku.“Kamu pucat sekali, kamu sakit sayang?” Ucap ibu lembut namun penuh dengan kekhwatiran.“Iya bu, Windi tadi pingsan dikantor, dan kebetulan saya memang akan keluar untuk menemui klien jadi sekalian antar Windi” sambar Pak Hendra.“Aduh terima kasih mas” Ucap ibu tulus. Pak Hendra mengulurkan tangan.“Saya Hendra bu, teman kerjanya Windi” Ucap Pak Hendra setengah berbohong.“O, ya mari masuk dulu” Tawar ibu bukan basa-basi.“Terima kasih bu, saya buru-buru” Tolak Pak Hendra disertai senyum khasnya, senyuman yang menawan setiap orang yang melihatnya.“Maaf ya nak Hendra sudah merepotkan” Ucap ibu tulus“O, tidak apa-apa bu, saya pamit assalamualaikum” Pak Hendra berlalu setengah berlari menuju mobilnya karena gerimis semakin deras mengguyur.“Walaikumsalam” Jawab ibu dan aku bersamaan. Aku dipapah ibu ke kamar, punggung tangan ibu menempel dikeningku.“Badanmu panas win” Ucapnya Panik“Win sudah minum obat kok bu, hanya kelelahan saja, istirahat dulu ya bu, Win capek” Ucapku lemah.Ibu hanya mengangguk sambil menyelimuti tubuhku lalu mengecuk keningku. ****Pagi yang cerah, tubuhku sudah sehat terasa. Aku buka jendela kamar dan sinar matahari pagi menerobos masuk menghangatkan ruang kamarku. Masih dipinggir jendela aku tersenyum melihat sisa embun di ujung daun jeruk nipis kemilau tersinar matahari bagai mutiara murni. Ibu sengaja menanam pohon-pohon di samping rumah karena ibu mencintai kehijauan. Lagi pula sejuk rasanya kalau ada pohon-pohon didekat rumah, rumah jadi sehat dan asri. Sisa gerimis semalam ternyata menyegarkan suasana pagi. Belum puas aku menikmati segarnya pagi suara bel berbunyi. Terpaksa aku keluar kamar namun ibu sudah lebih dulu sampai di ruang tamu. Aku lihat ibu menyibakan tirai jendela sebelum mebukakan pintu.“E..nak Hendra, mari masuk” Ucap ibu. Aku terkejut bukan kepalang. Pagi-pagi begini Pak Hendra kerumahku. Aku belum sempat cuci muka, apalagi mandi. Aku benar-benar panik segera aku ambil handuk yang menggantung di balik pintu kamarku, setengah berlari aku masuk kamar mandi. Ibu sudah sudah asik ngobrol pagi-pagi dengan Pak Hendra.“Win Sudah sehat bu?” Tanya Pak Hendra.“Sudah, sebentar saya panggilkan” Jawab ibu sambil berlalu menuju kamarku. Aku keluar dari kamar mandi, ibu langsung mendekati aku.“Win, Hendra datang. Siapa dia?” pertanyaan Ibu mengejutkan aku.“Pak Hendra adalah bosku bu” jawabku.“Bos mu?, “ ibu mengerutkan kening“Iya, kalau nggak percaya liahat nanti apa yang kami bicarakan” Aku keluar kamar dan menemui Pak Hendra“Pak Hendra. Maaf saya baru mandi. “ Sapaku. Pak Hendra menatapku dengan tatapan yang tidak biasa menurutku. Tajam namun teduh. Ada setitik kecemasan dan keceriaan di sana.“O, sudah sehat Win?”“Alhamdulilah pak. Ini ada apa pagi-pagi sekali?” tanyaku heran.“Saya hanya ingin jenguk kamu, kalau kamu sudah sehat ya sekalian kita bareng ke kantor” Ucapnya lagi-lagi membuat aku tak bisa menolaknya. Ibu yang mendengar pembicaraanku mengangguk percaya dengan penjelasanku, sambil membawa segelas teh hangat ia menyuruhku agar cepat berkemas. “Diminum nak Hendra” “Terima kasih, wah jadi merepotkan ini” katanya disertai senyumIbu ikut tersenyum.“Tidak, tidak merepotkan justru kami yang merepotkan. Sampai seorang bos menjemput anak buahnya” Tawa pun pecah.“Ah Windi pasti cerita siapa saya ya bu?”“Iya, habis ibu penasaran. Karena Windi tidak biasanya pulang dengan seorang laki-laki.” Ucap ibu serius“Oya. Windi tidak pernah di antar atau di jemput pacarnya atau teman laki-laki?” Tanya Hendra penasaran.“Pacar?, Windi kok punya pacar gadis rumahan seperti Windi tidak akan punya pacar, sebab tidak ada yang tahu kalau rumah ini punya anak gadis. Berangkat kerja pagi pulang sore dan hari minggu ndekem aja dikamar. Gimana mau ada laki-laki yang tahu” Jawab ibu panjang. Pak Hendra hanya manggut-manggut. Aku keluar sudah dengan pakaian kerjaku. Baju blazer hitam, kaca mata dan tas menyangkut dipundakku. Setelah berpamitan aku dan Pak Hendra menuju mobil mewah yang sudah parkir di depan rumah.Walau segan aku coba bersikap biasa saja ketika ada di dalam mobil mewah pak Hendra. Sejak saat itu hari-hariku menjadi hari-hari yang aneh. Sebab Pak Hendra setiap pagi menjemputku dan pulang selalu bersamaku. Aku menjadi gosip palih hot di kantor.“Wah ketiban duren nih” Ledek Indri teman kerjaku.“Iya sakit banget” Balas canda ku. Dua bulan setengah. Waktu singkat menurutku. Pak Hendra beranikan diri untuk melamarku. Entah rasa apa yang aku rasakan yang pasti panik, sedih, senang bahagia bangga bercampur aduk jadi satu. Kemarin aku sendiri yang bilang perempuan mana yang tolol menolak pak Hendra yang begitu kaya, baik tampak dan cerdas. Sekarang masalahku bertambah. Yang kuharapkan tak juga datang, hadir Pak Hendra yang dapat membuat kedua orang tuaku merasa bangga dan bahagia. Walaupun kesempurnaan terdapat pada diri pak Hendra namun hati ku tak tergoda sedikitpun. Hatiku masih saja menyebut-nyebut nama Angga. Aku benar-benar tak dapat melupakannya. Ini cinta bagiku, karena statusnya tak dapat digantikan oleh siapapun dan apapun. Rasa yang aku miliki pada Angga tak ku miliki pada diri Pak Hendra. Kenapa?. Hal ini yang aku takutkan, aku takut ada keterpaksaan pada hatiku, meskipun sudah sekuat tenaga aku paksakan untuk dapat menerima Pak Hendra dengan harapan aku bisa jatuh cinta karena kesempurnaannya. Tapi tetap tidak bisa. Angga satu-satunya yang aku cintai. Namun, hingga saat ini tak juga ada kabar tentangnya. Pertimbanganku sudah pas. Karena aku minta pada pak Hendra tunggu tepat tiga bulan.“Pak Maaf, saya minta agar pas tiga bulan baru saya akan beri tahu jawabannya” Kataku pak hendrapun setuju. Kini waktunya telah tiba dan jawaban harus aku berikan pada pak Hendra. Bayangan orang tuaku yang bangga dan bahagia membuatku ingin menerima lamaran Pak Hendra, bayangan saudara-saudaraku yang mengejekku dan mentertawakan aku memotivasi aku untuk menerima Pak Hendra dan bayangan Angga yang tersenyum? Aduh,. Membuat perih dadaku.“Maaf kan aku sayang?, tidak bisa memegang janjiku. Bayak alasan yang aku berikan untukmu, kenapa aku ingkari janji ini” desahku. Aku terima lamaran Pak Hendra. Seminggu lagi aku menikah. Dapat dibayangkan bagaimana resepsi pernikahan orang-orang kaya. Semua ternyata sudah dipersiapkan Pak Hendra jauh sebelum dia melamarku. Aku benar-benar tidak menyakan, selama ini Pak Hendra benar-benar memperhatikan aku. Akad nikah dimulai, aku pejamkan mataku. Bayangan Angga datang , aku buka mataku bersama air mata menitik di sudut mataku. Aku benar-benar merasa hina karena semua cinta dan kesetiaanku aku lepas begitu saja. Aku seorang penghianat. Akad nikah selesai, aku dan Pak Hendrapun duduk di pelaminan para tamu undangan menyantap menu yang disediakan, aluan musik klasik menambah keromantisan. Batinku tidak di sini tapi entah dimana, aku resah dan rasa bersalah meyelimuti hatiku. Sebelum bertemu Angga aku tidak akan lepas dari semua dosa ini. Hanya kata maaf yang aku butuhkan dari Angga. Tapi kapan, dimana?. Aku benar-benar tersiksa. Pestapun hampir usai mobil sedan mewah berhenti. Seorang laki-laki keluar dari dalam mobil. Aku tercengang melihatnya. “Angga…” tak sadar aku berdiri tak peduli Pak Hendra melihatku heran.Angga melangkah, dengan tegang tak ada senyum dibibirnya. Ia langsung kepelaminan menjabat tangan Pak Hendra“Selamat” katanyaLalu kepadaku dan meyelipkan lipatan kertas“Penghianat” ucapnya lirih. Aku benar-benar merasa malu, sakit dan kesal. Kenapa ia baru datang ketika aku sudah ada di pelaminan. Kenapa.? Kenapa?..” jerit batinku.Angga melangkah meninggalkan kami dan menuju mobil mewah. Lalu melesat pergi. Surat Angga aku baca di kamar mandi.“aku tak menyangka, hari ketika aku kembali kau sudah ada yang punya. Aku merasa bersalah kenapa tak ada kabar buatmu. Itu pasti alasan mu kenapa kamu menikah. Aku mengerti, tapi kamu tidak akan pernah mengerti kenapa aku tak berikan kabar buatmu. Aku sudah berjanji. Semua yang aku lakukan demi kamu, buat kamu dan karena kamu. Keberhasilanku karena kamu, terima kasih. Tapi semua ini untuk apa? Orang yang aku cintai dan yang berhak menerima ini semua telah pergi. Maafkan aku Windi. Aku doakan semoga kamu dapat bahagia dengannya.” Aku terisak, sedih dan entah apa lagi yang aku rasakan. Semua ini sudah aku bayangkan. Namun kenyataannya lebih sakit. Sangat meyakitkan. Orang yang aku dambakan, kembali dan terlambat haya beberapa jam. Seandainya dia datang sebelum akad nikah dimulai aku akan korbankan maluku untuknya. Tapi ini kehendakNya. Aku yakin.

MISTERI PASIEN MATI STIAP JAM 8 PAGI HARI JUMAT

Ada kejadian aneh di Unit Perawatan Intensif (ICU) Rumah Sakit Ternama di Bilangan Jakarta Pusat, ditemukan indikasi para pasien yang memerlukan bantuan pernafasan selalu meninggal di tempat tidur yang sama pada kamar yang sama dan selalu pada waktu yang sama yaitu Jumat Pk. 08.00 pagi tanpa peduli umur, kelamin, kondisi atau latar belakang penyakit.
Hal ini sangat membingungkan para dokter dan beberapa ahli bahkan berpikir bahwa hal ini ada hubungannya dengan supranatural, mengapa selalu pada hari Jumat dan pada tempat tidur yang sama?
Lalu para dokter memutuskan untuk menuntaskan kasus ini dan menyelidiki penyebab dari beberapa kejadian tersebut.

Begitu tiba hari Jumat, semua orang di rumah sakit tersebut menunggu dengan tegang apakah kejadian buruk itu akan terulang kembali ? Lalu dibaringkanlah pasien baru rumah sakit itu di sana. Beberapa dokter sudah memegang tasbih, quran, alkitab bahkan sebagian lagi memegang bawang putih, salib kayu dan benda-benda suci lainnya untuk menangkal iblis.

Sementara sang pasien tetap terbaring di sana, seiring dengan berjalannya waktu…… pukul 07:00…. 07:30…. tepat sebelum waktu keramat itu tiba ……Pintu kamar tersebut terbuka. Kemudian masuklah Tukimin…part timer cleaning service untuk hari Jumat…dia langsung mencabut kabel alat bantu pernafasan pasien dari stop kontaknya lalu …. menggantinya dengan vacuum cleaner dan mulai membersihkan ruangan.

Patung Raksasa Raja Fira'un Ditemukan di Mesir

Para arkeolog menemukan sebuah patung raksasa dari firaun terkenal Mesir, Amenhotep III, di kuil persemayamannya di Kota Luxor, selatan Mesir, menurut dinas purbakala,
Patung setinggi 13 meter tersebut ditemukan terkubur dalam tujuh bagian di kuil persemayaman Amenhotep III di Kom al-Hitan.

Patung itu merupakan salah satu dari dua patung yang ditempatkan di pintu masuk utara kuil dan kemungkinan hancur ketika gempa melanda kota pada tahun 27 SM, menurut pernyataan dinas purbakala.

"Tim arkeolog kini sedang bekerja untuk membersihkan, memulihkan serta mengumpulkan tujuh bagian patung itu. Kepala patung itu juga sedang dicari," tulis pernyataan itu.

Pernyataan itu juga menyebutkan kembaran patung tersebut akan segera ditemukan. Amenhotep III, yang memerintah Mesir antara tahun 1390 hingga 1352 SM, merupakan ayah dari Akhenaten, sang "Firaun sesat" yang dianggap sebagai pendorong ajaran monoteisme karena ia memberlakukan aturan untuk penyembahan tunggal terhadap Dewa Aten

cara mengatasi pacar yang super cuek?

Kalao pacar cuek jangan ikutan cuek juga tapi sebenarnya dia itu pengen di perhatiin, jangan menyerah sampai dia bisa lebih perhatian yach, klo masih cuek juga.. tanyakan apa penyebabnya yang bikin dia kayak gitu. trus kalo dia masih ga bergeming juga,,, tanya apa maunya sekarang…lanjut ato putus…simple aja kan putusin aja kalo pacar kayak gitu masih banyak cowok yang mau ma kamu aku juga siap ha haa..bercanda2..
Jangan balik cuek…Sebisa mungkin kamu malah tambah perhatian dengan dia.kalau dia tetep cuek, ngomong terus terang ma dia. Bilang kamu ga suka dengan sifatnya yang cuek, kalo dia cowok pengertian, pasti dia akan memperbaiki sikapnya. Kalo tetep cuek juga,,,kamu patut waspada!!!mungkin saja dia sibuk ma gebetan barunya :) Terus selangkah selanjtnya berdoa dan sabar jangan putus asa berusaha semaksimal mungkin..oke.

Cara Tepat Memilih dan Memakai Lipstik Merah

Salah satu tren yang akan selalu bertahan sepanjang masa adalah lipstik merah. Sayangnya, tak semua wanita berani tampil dengan bibir merah menyala. Padahal kalau tahu triknya, siapa pun bisa kok terlihat cantik dan elegan dengan lipstik merah.


1. Pilih warna yang tepat
Ada berbagai pilihan warna lipstik merah. Jika kulit Anda putih, pucat, atau bernuansa pink, pilihlah warna merah bernuansa kebiruan atau yang terkesan "dingin". Kulit yang bernuansa kuning lebih cocok menggunakan warna merah yang hangat, bernuansa coklat atau kekuningan. Jika kulitmu cenderung gelap, pilihlah merah yang bernuansa coklat atau oranye. Lipstik warna merah gelap akan membuat bibir terlihat lebih tipis, jadi jika bibir Anda tipis, pilihlah warna merah yang terang.

2. Pastikan bibirmu halus
Lipstik merah akan terlihat buruk jika dioles ke bibir yang kasar atau pecah-pecah. Coba gosok bibir Anda dengan sikat gigi basah. Ini akan membuang kulit mati yang menempel di bibir. Setelah itu, oleskan pelembab secukupnya.

3. Gunakan lip liner
Lipstik merah cenderung mudah lumer ke luar garis bibir. Apalagi jika Anda belum terampil mengaplikasikan lipstik. Untuk mengatasinya, buatlah garis dengan lip liner di sekeliling garis bibir bagian dalam. Pilih lip liner yang sewarna dengan lipstik Anda. Setelah itu, baru warnai bagian dalam garis bibir tersebut dengan lipstik merah. Gunakan kuas bibir jika ingin hasilnya lebih merata.

4. Tempelkan bibir ke tissue
Setelah mengaplikasikan lipstik merah, tempelkan bibir Anda ke tissue sampai meninggalkan bekas bibir. Teknik blotting ini berfungsi untuk membuat sapuan pertama lipstik bertahan lama di bibir. Setelah blotting, oleskan kembali lipstik yang sama ke bibir Anda.

5. Agar tak menor
Dengan lipstik merah, perhatian akan terpusat di bibir Anda. Jaga agar riasan di bagian wajah lain tetap natural dan tak berlebihan, untuk menghindari dandanan menor. Cukup oleskan maskara di mata, atau pulaskan eye liner di kelopak atas. Gunakan blush on warna natural seperti peach.

6. Salah beli lipstik?
Ternyata lipstik merah yang Anda beli warnanya terlalu terang dan terlalu mencolok. Jangan langsung dibuang. Bereksperimenlah dengan cara mencampur lipstik tersebut dengan warna-warna lain dari koleksi lipstik yang Anda punya. Siapa tahu Anda malah menemukan warna favorit Anda.

7. Percaya diri
Lipstik merah bertujuan untuk membuat pemakainya jadi pusat perhatian. Jadi, jika lipstik merah sudah menempel cantik di bibir Anda, wear it with confidence. Tunjukkan bahwa Anda memang pantas jadi pusat perhatian.

kisah seorang guru dengan muridnya

Seorang ibu guru sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pensil. Ibu guru itu berkata, “Saya ada satu permainan… Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pensil. Jika saya angkat kapur ini, maka berkatalah “Kapur!”, jika saya angkat pensil ini, maka berkatalah “Pensil!”
Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Guru berganti-gantian mengangkat
antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat
kemudian guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat
kapur, maka sebutlah “Pensil!”, jika saya angkat pensil, maka katakanlah
“Kapur!”. Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti.
Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. “Murid-murid, begitulah kita
umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu
jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita dengan perbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan waktu.
“Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang susah, Zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain.”
“Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, anda sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya. “Paham guru…”
“Baik permainan kedua…” begitu Guru melanjutkan.
“Ini ada Qur’an,saya akan meletakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri diluar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada ditengah tanpa menginjak karpet?”
Murid-muridnya berpikir.
Ada
yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.
Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an. Ia memenuhi syarat, tidak menginjak karpet. “Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya…Musuh-musuh Islam tidak akan menginjak-nginjak anda dengan terang-terang…Kerana tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari pinggir, sehingga anda tidak sadar.
“Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibuatlah pondasi yang kuat.
Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn pondasinya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, Lemari dikeluarkan dulu satu persatu, baru rumah dirobohkankan…”
“Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghantam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan mempengaruhi anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda muslim, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka… Dan itulah yang mereka inginkan.” “Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh kita… ”
“Kenapa mereka tidak berani terang-terang menginjak-nginjak, bu?” tanya murid- murid.
“Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi.” “Begitulah
Islam… Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya
hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sadar”.
“Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang…” Matahari bersinar terik takala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya…
RENUNGILAH SAHABAT SEMUA..

Keajaiban Hidup !!!

Namanya Riko Andrea Wardana. Semua orang kenal dia, cowok berusia 12 tahun yang kehidupannya bak raja kecil. Hidup dengan bergelimangan harta, orang tua konglomerat, ditambah dengan kasih sayang dari kedua orang tuanya yang berlimpah, hidup Riko merupakan impian setiap orang. Papa mama Riko sangat sayang terhadap Riko apapun yang Riko mau, dalam sekejap orang tuanya dapat memenuhinya. Bahkan di ulang tahun yang ke-10, Riko mendapatkan ipod, laptop, sekaligus berlibur ke Singapura sebagai hadiah ulang tahunnya. Sungguh menarik menjadi Riko. Namun disuatu malam Riko yang tak bisa tidur berjalan kearah kamar kedua orang tuanya. Namun bukan ketenanggan yang Rikon temukan, namun ternyata. “Mama ini selalu saja menghabis-habiskan uang papa untuk arisan, belanja dan beli perhiasan mahal seperti ini ? buat apa ma ? beli barang barang nggak berguna seperti ini !”. BRUAK. Papa membanting kotak perhiasan mama. Dan itu sukses membuat Riko yang dari tadi mendengar pembicaraan kedua orang tuanya kaget setengah mati. “Papa sendiri kemana saja selama ini ? Papa selalu bilang ada rapat inilah, dengan klien itulah, padahal papa selama ini selingkuh dengan wanita lain, kan ?” Mama pun berteriak sambil menangis. PLAAKK. Papa pun menampar mama. “Papa berani menampar mama. Pokoknya mulai detik ini mama mau berpisah sama papa.” Pipi mama pun memerah karma tamparan papa “Oke kalau begitu kita pisah!” Riko yang shock langsung berlari kemar dengan tumpahan air mata. Hati Riko benar-benar sakit, melihat mamanya ditampar oleh papanya. Riko menangis dan terus menagis, walaupun riko seorang laki laki, namun tetaplah Riko hanya seorang anak kecil yang masih butuh kasih sayang. Dan sejak malam itu Riko hidup dengan bayang bayang kelam.Keesokan harinya…. “Riko sayang, kenapa sarapannya sedikit banget, sih ? muka kamu kok kusut banget, tidur jam berapa tadi malam ?” mama bertanya dengan lembut seperti tak terjadi apa semalam. “Papa mana, ma? Memang kalau berangkat sepagi ini ya?” “Maaf mama gak tau sayang. Sejak mama bangun papa udah gak ada. Mungkin ada klien penting atau ada rapat mendadak. Tumben sekali kamu nanyain papa ? ada apa?” mama menjawab dengan cuek. Riko yang jengkel dengan sikap mamanya tersebut lalu meninggalkan meja makan. “Sayang kamu kenapa ? sarapannya kan belum selesai. Kok langsung pergi ?” “Harusnya aku yang tanya sama mama kenapa ? Kenapa papa sekarang jarang ada dirumah ? Kenapa papa sama mama jarang pergi berdua ? dan KENAPA PAPA SAMA MAMA BERANTEM TADI MALAM ? apa mama tau betapa sakitnya aku melihat…melihat papa sama mama beratem seperti itu. ?” Riko pun tak kuasa menahan tangis. Ia pun tak peduli lagi harga dirinya sebagai cowok yang katanya pantang menangis. “Sayang kamu dengar…dengar semuanya… mama bisa jelasin semuanya sayang.. ini demi kebahagian kita semua…tolong ngerti.. Riko” “Ini semua buat kebaikan mama sama papa.. BUKAN BUAT RIKO dan asal mama tau Riko kecewa sama mama.” Riko pun meninggalkan mamanya yang menagis sendirian di ruang makan. Riko berlari ke kamarnya lalu membanting pintu kamar dan menguncinya. Riko tak pernah berfikir akan bisa jadi sesedih ini. Meskipun hidup dengan bergelimangan harta. Namun harta pun takkan bisa menyatukan kedua orang tuanya kembali. Riko sangat sedih hingga ia mengurung dirinya sampai fajar kembali keperaduannya. Setelah seharian belum makan, rasa lapar pun dirasakan oleh Riko. Riko pun keluar mencari makanan di dapur. Namun ditengah jalan menuju kedapur, Riko dipangil oleh kedua orang tuanya yang kelihatannya sedang berbicara serius. “Sayang kesini sebentar mama sama papa mau bicara sama kamu.” Riko pun menurut. “Riko mama sama papa sudah setuju untuk berpisah. Dan ini sudah mutlak. Dan mama mau, kamu milih mau tingal sama mama di Bandung atau sama papa di Amerika.” Mama bertanya dengan tegas. Tak ada nada sedih yang terdengar, dan itu membuat Riko semakin sedih. “Tapi ma.. Riko mau tinggal sama kalian berdua.” “Riko tolong jangan membantah. Ini sudah keputusan mama sama papa.” Akhirnya papa yang sedari tadi diam ikut membuka suara. “Oke kalu begitu aku memilih ikut papa di Amerika.” 4 Tahun Kemudian… “Sayang… kamu mau jelasin apa sama mama tentang raport mu ini… semuanya ga lebiih dari 6. Mama selama ini banting tulang sendirian di Bandung untuk kamu.” Semenjak mama dan papanya berpisah 4 tahun lalu, Riko menjadi anak yang amat sangat nakal. Semua nilainya turun drastis, bahkan dia sudah 2 kali di drop out oleh sekolah yang dulu. “Hah.. mama bilang banting tulang??? Banting tulang apanya, kerja mama Cuma duduk dikantor yang megah sambil tanda tangan surat, udah kan...” Riko berkata dengan cueknya lalu berjalan kearah kamarnya tanpa memperdulikan mamanya. “RIKO…..RIKO…. KEMBALI…MAMA BELUM SELESAI BICARA SAMA KAMU… RIKO..” BRUUAAAK. Riko pun membanting pintu kamar lalu menguncinya. Riko memang saaaannggat kecewa dengan kedua orangtuanya. Terutama dengan mamanya, yang telah melarangnya ikut bersama papanya dan memaksa Riko tinggal di Bandung. Slama ini Riko berusaha membuat mamanya jengkel kepadanya. Riko ingin mamanya menyerahkan dirinya kepada papanya di Amerika. Segala cara tlah dicoba sampai sampai Riko sudah pernah merokok, minum minuman keras, hingga menindik lidah dan hidungnya. Namun sia sia. Jika Riko kesal yang dilakukannya adalah menulis puisi. Jauh dilubuk hatinya Riko hanya ingin kedua orang tuanya kembali. Seperti saat ini Riko menulis sebuah puisi. Kapan mereka bisa kembali.Lelah diriku menjadi orang lain..Yang tegar bak besi baja.. Tiap kata yang tertulis tak mempu mengambil sebagian sesalku... Sesal yang tak pernah berujung,, Sesal yang tlah mengambil sebagian hidupku..Lelah debgan semua ini ku terpaksa menangis,,Sudah cukup penderitaan ku,,Ku masih saja munafik..Seolah ku tak butuk mereka..Berusaha cuek sambil berandai andaii,,Berharap mereka tak tau penderitaan ku.. Tak ada yang tau slama ini Riko pandai menulis puisi dan cerita singkat.Riko hanya menulis dengan sesuka hati di buku hariannya. Sepulang Sekolah… “Riko, mama denger kamu ngerokok di sekolah apa benar itu ?”Riko yang baru pulang sekolah langsung dicegat mamanya diruang tamu. “Ooo.. mama sudah pulang…tumben?? Kenapa, perusahaannya hampir bangkrut ya. Ma ?” “ Riko, jaga mulut kamu,, apa yang kamu lakukan ini tlah mencoreng nama baik mama, tau.” Riko sebenarnya sangat terkejut mendengar perkataan mamanya. “Oke kalau begitu Riko akan pergi dari rumah. Biar mama ga malu lagi punya anak kayak Riko.” Riko pun berlari kekamarnya dan membereskan berberapa barang-barangnya. “Selamat tinggal, Ma. Mungkin ini terakhir kalinya aku muncul dihadapan mama.” Riko pun berlalu dihadapan mamanya. “Riko kembali… mama minta maaf sayang…Riko..” Teriak sekencang apapun tak mampu mengaobati sesal dan kecewa di hati Riko kepada mamanya. Sepanjang perjalanan Riko pun tak tahu mau kemana. Kenapa mama seperti itu. Kenapa mama sama papa pisah. Tak tahu kah mereka aku sangat kesepian? Sendirian dijalannan, terombang ambing tak tahu mau kemana. Riko berkata dalam hati. Kesal yang dirasakannya saudah tak terbendung lagi. Setelah berjalan sepanjang siang, Riko pun memilih beristirahat di toko sederhana di pinggir jalan. Karna Riko tak mempunyai uang banyak, riko hanya beli air mineral. “Hmm...hmm…mbak beli airnya satu yah? Boleh numpang istirahat sebentar disini..” Riko sempat terbata bata karna tak disangka ternyata penjualnya adalah gadis seusia Riko yang mengalamai tuna netra. “ Maaf mas sepertinya sedang kabur dari rumah ya ?” gadis buta tersebut berusaha membuka pembicaraan setelah lama saling berdiam diri. “ Kok mbak tahu ? mbak kan….” “Saya tahu saya buta. Tapi saya masih bisa melihat dengan mata hati saya. Maaf kalau boleh tahu, kenapa ya mas kabur dari rumah ? Malah sepertinya mas ini orang kaya ya? Maaf lho mas kalau saya lancang .” “ Tidak papa kok mbak. Kenal kan saya Riko, saya memang kabur dari rumah. Orang tua saya berpisah, saya kecewa dengan mereka.” Riko pun bercerita tentang kisah hidupnya. “Saya Ira. Riko kamu masih beruntng. Tak seperti saya, orang tua saya sengaja membuang saya karna saya buta sejak kecil. Oh ya.. kamu sudah punya tempat tinggal untuk hari ini. Kebetulan di sebelah panti tempat saya tinggal ada kost-an murah. Mungkin kalau berminat.” Ira pun dengan senang hati menawari Riko tempat tinggal. “Hmm.. boleh.. kapan kamu antarkan saya kesana ?” “Maaf saya harus masih menjaga dagangan saya. Mungkin nanti sore. Bagaimana ?” “Baikalah kalau begitu. Bagaimana kalau saya membantu kamu berjualan?” “Boleh,,” Riko pun menemani Ira berjualan. Dengan cepat mereka akrab satu sama lain. Saling menceritakan kehidupan masing-masing, bercanda tawa, hingga Riko pun melupakan kesedihannya. Matahari telah turun. Kembali ke peraduannya. Meninggalkan seberkas cahaya bak emas yang berkilau di langit biru. Semua kembali dari kehidupan penuh peluh dan sesak menuju rumah masing masing dengan berbagai perasaan yang ada. Begitu pula dengan Ira dan Riko yang seharian ini berjualan, dengan perasaan ceria mereka menyusuri jalanan yang ada. Akhirnya tibalah mereka di kost-an yang akan menjadi tempat tinggal untuk Riko. “Bagaimana ? kira-kira kamu betah tidak tinggal disini, Rik ?” tanya Ira. “Betah kok. Oh ya, panti kamu dimana ?” “Masa’ ga kelihatan sih ? jaraknya sekitar 50 meter dari sini. Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu, Rik.” Ira pun berpamitan kepada Riko .”Daaaghh..” Keesokan harinya… “Riko…Riko…Ira nih….” “Ooo Ira. Masuk aja. Bawa apa itu ? makanan ya ? wahh kebetulan aku belum sarapan nih.” Riko pun keluar untuk melihat siapa yang datang pagi pagi seperti ini. “Makasih. Aku bawa makanan dari ibu panti. Lumayan kan, kamu bisa ngirit pengeluaran. He..he..he…” “Kamu tau aja kalau aku bawa uang pas pas-an. Kita makan dimana nih ?” Tanya Riko. “Bagaimana kalau kita makan di tempat kita jualan. Sekalian kita berjualan ?” Ira pun menyampaikan idenya. “Boleh. Kalu gitu c’mon. aku sudah lapar.” Sepanjang perjalanan mereka bercanda tawa. Tak ada guratan sedih diwajah mereka, terutama di wajah Riko. Walaupun Riko mempunyai orang tua konglomerat, namun Riko terlihat nyaman bersahabat dengan Ira. Begitu pun sebaliknya, meskipun Ira buta, ia tak terlihat canggung bermain, bercanda tawa, maupun bersahabat dengan Riko. Sehari dua hari, sebulan dua bulan, Riko dan Ira bak adik dan kakak. Riko pun sering main dipanti, membantu Ira berjualan, bahkan membantu Ira mengajar anak anak di panti. Suatu hari Ira menemukan buku harian Riko, tempat Riko menulis puisi, cerpen cerpen, hingga kisah hidupnya. “Eits…buku ini jangan dibuka ya, Ra.” Riko melarang Ira mengambil buku hariannya. “Memang ada apanya sih ? Buat orang penasaran aja.” Kata Ira kesal. “Ada berberapa puisi sama berberapa cerpen, tapi ga bagus bagus banget kok.” “Bacain donk! Please.. penasaran nih. Kita kan sahabat.” Ira pun memohon “Oke. Tapi jangan ketawa kalau cerpennya jelek, janji ya.” Ira pun mengangguk dengan senang. Mulailah Riko membacakan berberapa cerpen yang dibuatnya di kala sedih. Dibacanya dengan serius cerpen tulisan tangannya. Sunyi. Hening tak ada suara lain selain suara Riko yang membaca dengan cerpen dengan menarik. Tak ada tawa yang ditakutkan Riko. Hanya wajah serius yang tampak diwajah Ira. Tak lama kemudian Riko selesai membacakan cerpen karangannya tersebut. “Bagaimana cerpennya ? jelek ya ? kok dari tadi diam terus ?” setelah selesai membaca Riko memberi Ira berbagai pertanyaan. “Kamu bercanda ya ? ini cerpen terbagus yang pernah ku dengar. Beneran ini kamu yang buat ? berarti kau hebat banget dong. Eh, bagaimana kalau puisi juga cerpen kamu kita kirim ke majalah. Lumayan kan kalau keterima, sama sekalian cerpennya juga ya?” Mengirim puisi dan cerpen ke majalah, salah satu ide cerdas yang tak pernah terpikirkan oleh Riko. Apalagi uang Riko mulai menipis. Walau dengan ragu, akhirnya Riko menyetujui ide Ira. “Tapi, aku malu, bagaimana kalau tidak diterima?” Riko pun meragu. “Kita coba dulu. Kalau ditolak, kita tetap berusaha. Udah deh, jangan ragu, besok kita kirim puisi juga cerpenmu.” Ira mencoba memberikan harapan untuk Riko. “Ehm.. baiklah.” Riko pun memutuskan walau sedikit ragu.* * * Keesokan harinya, sesuai janjinya pada Riko. Ira pun bersedia menemani Riko mengirim puisi dan cerpen ke salah satu redaksi majalah remaja. “Duh.. bagaimana ni, Ra ? aku takut cerpen dan puisiku ditolak.” “Sudahlah, Rik, yang penting kita sudah melakukan yang terbaik. Ya, semoga aja puisi dan cerpenmu diterima.” Disaat seperti inilah Ira sangat dibutuhkan oleh Riko, saat dia ragu, Ira selalu memberi semangat, dan saat dia susah, Ira datang dengan harapan baru, menghapus awan hitam yang selama ini menyelimuti Riko. Tak heran kalau Riko terlihat lebih ceria, dan bisa melupakan masa lalu kelamnya. Dua minggu tlah berlalu, dan belum juga ada balasan dari pihak redaksi majalah. Harapan Riko pun semakin lama semakin menipis, bahkan Riko hamper melupakan puisi dan cerpennya. Namun suatu hari. “Ira…ira…” “Ada apa sih, Rik, pagi pagi kok sudah ada di panti ?” Ira pun heran kenapa pagi pagi seperti ini Riko sudah ada di pantinya. “Tadi kata ibu kost ku, ada kiriman untuk aku dari pos. Dan kamu tau apa itu ?Ini bingkisan dari redaksi majalah tempat kita mengirim puisi sama cerpen, jadi…. puisi dan cerpenku diterima…” terang Riko “Ahhh…. Yang benar ? wahh kamu hebat dong, makanya kamu harus percaya diri untuk mencapai sebuah kesuksesan. Oh ya bagaimana kalau kamu juga buat novel. Nanti aku bantu ngetik deh naskanya. Lalu kita kirim ke penerbit.” “Duh.. bagaimana kalau ke beberapa Koran dulu, deh. Kalau ke penerbit bukannya terlalu cepat ya ?” “Oke deh”* * * Meskipun uang yang didapat tak seberapa namun uang tersebut cukuplah untuk menyambung hidupnya sehari hari. Dan lagipula Riko suka menulis puisi “Eh, Rik ? kamu sudah mengirim cerpen mu kemana mana, berarti tingga ke penerbit dong ? Mungkin saja bukumu nanti jadi best seller ?” Hari ini Ira menemani Riko mencari ide untuk cerpen selanjutnya. “Tapi aku nggak yakin, lagipula menulis novel ataupun teenlit itu tak mudah. Harus punya banyak ide.” Riko ragu dengan ide Ira. “Kamu bisa nulis apa saja kan, lagipula aku kan bantuin kamu.” Tawar Ira. “Oke deh aku coba. Makasih yah kamu sudah jadi penyemangatku.” Akhirnya Riko menyetujui pendapat Ira. Berberapa minggu selanjutnya Riko dan Ira sangat lah sibuk. Setiap hari setelah Riko menemani Ira berjualan, gantian Ira lah yang harus menemani Riko menulis naskah novelnya. Genap 3 bulan, akhirnya Riko dapat menyelesaikan novelnya. “Huh, akhirnya selesai juga. Oh, ya Ra, tadi aku lihat ada pengumuman lomba menulis novel. Bagaimana, sebelum ke penerbit mendingan kita coba dulu ikutin lomba novel itu, kalau novel ini bisa menang, berarti kemungkinan besar novel lainnya bisa diterima di penerbit, menurut mu ? “Ide kamu bagus. Kapan lombanya dimulai ?”kali ini ide Riko cukup bagus. Dan Ira pun menyutujui ide Riko. “Kayaknya jum’at depan deh, kamu ikut aku kan ? “Pasti.”* * * Sesuai dengan janjinya, Ira menemani Riko mengikuti lomba membuat novel. Dan setelah menunggu sekitar satu minggu pengumuman pemenang pun diumumkan. Dan tak disangka sangka ternyata novel karya Riko masuk dalam jajaran para pemenang. Rasa senang bercampur terharu jelas dirasakan oleh Riko. “Ira.. Ira.. lihat aku menang, Ra, aku menang..” “Benarkah ? wahhh selamat ya, Rik, kamu memang jago kalau soal nulis menulis. Hadiahnya apa Rik ?” Ira pun ikut senang melihat sahabatnya berhasil. “Hmm..biar aku lihat. Waw! Keren! Biar aku bacakan ya, Ra. Tiap pemenang akan mendapatkan masing masing uang tunai dan kesempatan untuk menerbitkan 3 buku. kebetulan nih. Kesempatan buat aku.”* * * Riko pun semakin sibuk dengan kegiatan menjadi penulis. 2 bukunya sudah, diserahkan ke penerbit, bahkan salah satunya sudah dijual dipasaran. Riko punya keinginan baru, yaitu ia ingin menulis kisahnya mulai dari ia masih bersama orang tuanya hingga ia seperti sekarang ini. “Ra, suatu saat nanti boleh tidak aku ingin menulis kisah persahabatan kita ? aku ingin semua orang tahu, bahwa sahabat dapat membantu kita disaat apapun, boleh kan ?” “Terserah kamu, Rik. Mau seperti apapun kisah yang akan kamu tulis, aku akan selalu membantu kamu.” “Makasih ya, Ra, kamu sudah mau membantu aku selama ini, sampai aku jadi seperti ini.” Ira pun hanya tersenyum, entah mengapa hari ini Ira gelisah sekali, ia takut hadapi hari esok.* * * “Ra, Ira, aku punya kabar bagus banget. Tadi pagi aku dapat telpon dari pihak pernerbit, katanya buku aku best seller. Dan nanti malam aku dapat penghargaan karna buku aku, buku terlaris dalam waktu tersingkat. Kamu besok mau datang kan ? Memang tak disangka ternyata novel karya Riko pun layak dipasaran, bahkan bisa cepat laku hingga menjadi best seller. Berawal dari anak broken home yang super bandel, lalu pergi meninggalkan orang tua, bersahabat dengan gadis buta, ikut berjualan di pinggir jalan, hingga menjadi penulis, sungguh alur kehidupan yang tak pernah disangka oleh Riko. “Aku usahain datang, tapi aku belum bisa janji sama kamu. Soalnya aku kurang enak badan.” Jawab Ira sekenanya. Hari ini Ira tak ingin keluar, entah apa yang ia takutkan, tapi sungguh ia sangat gelisah. “Ira… kamu harus datang dong, selama ini kan kamu yang selalu ada bantuin aku. Giliran sekarang aku sudah nyaris berhasil, kamu nggak ada di sampingku. Please..!” Riko pun memohon agar Ira datang. “Ya sudah, nanti aku datang, tapi nanti kamu duluan saja. Nanti aku menyusul.” Karna tak tega Ira pun meyetujuinya. “Tapi Ra, kamu kan..” “Kenapa ? buta ? meskipun aku buta, tetapi bukan berarti aku tak bisa mandiri kan ? kamu percaya saja sama aku.” “ Ya sudah, aku pulang dulu mau siap siap. Sampai nanti”* * * “Duh.. Ira mana sih ? sebentar lagi acaranya mau dimulai ?” Sudah hampir setengah jam Riko menunggu di halaman gedung, namun Ira tak menunjukkan batang hidungnya. Riko sangat gelisah, bukan karna Ira buta, namun rencananya nanti seusai acara, Riko akan menyatakan perasaannya bahwa ia sangat menyayangi Ira. Namun berberapa menit kemudian. “Itu Ira.. Ra…disini.. kamu denger suaraku kan ?” Namun tak disangka sangka Tiba tiba saat Ira menyebrang, datang mobil dengan kecepatan tinggi. “Akhh… Ira AWAASS….. mobil, ra…” CIAAATT…. Bruaaakk… Teriakan Riko pun tak dapat menghentikan kecelakaan tersebut. Tubuh Ira terpental dan jatuh menabrak pembatas jalan. Tubuh Ira penuh luka dan berdarah darah. Ira pun tak sadarkan diri. “IRAAA…. IRAA.. Ira kenapa ? Bangun ,Ra Bangun, Sadar!! semuanya… jangan diam saja… panggil ambulan… Cepat!! Ra… bangun, Ra” Riko pun terus berusaha membangunkan Ira. “Uhuuk hhmm…Rik…Riko..” Ira sadar lalu memanggil nama Riko. “Iya.. Ra ini aku..sabar ya, Ra. Ambulan Sebentar lagi datang..” “Riko… kamu nggak perlu repot repot, misi ku didunia ini kan sudah berhasil. Maaf yaa, aku nggak bisa menemani kamu hari ini. Meskipun begitu hidupmu harus tetap berjalan, ada atau nggak ada aku.” Kata kata Ira bukan membuat Riko semakin tenang malah semakin panik. Karna setelah itu Ira langsung tak sadarkan diri. “IRAAA… jangan tinggalkan aku, Ra… IRA…” Ira pun terlelap selamanya. Takkan ada lagi canda tawa Ira, takkan ada lagi sindiran Ira, semuanya lenyap dimakan waktu. Sudah dua bulan lebih, Riko hidup tanpa Ira. Riko pun berubah dratis. Senyum Riko pun tak pernah tampak. Kebanyakan hidup Riko diisi dengan berdiam diri melamun di kamar kost nya. Riko pun tak lagi menulis, buku terakhirnya adalah novel yang ia adaptasi dari kehidupannya, bersahabat dengan Ira selama ini. Bahkan novel itu belum sempat Ira baca. Selama setengah tahun Riko hidup dibawah bayang bayang Ira. Dan itu membuat Riko mengalami depresi kuat, sehingga tak lama kemudian Riko meninggal karna depresi. Namun ironisnya, novel terakhir Riko baru meledak dipasaran setelah Riko meninggal dunia. Kata kata Ira yang sangat Riko ingat adalah, you can make the magic, if you believe you can do. Dan kata kata itu lah yang membuat Riko semangat, bahwa ia bisa membuat keajaiban di hidupnya. Selama ini tak ada yang menyangka seorang gadis buta, seperti Ira, bisa membuat sebuah keajaiban hidup untuk seorang anak konglomerat, seperti Riko.